Site icon `

Tak Ada Yang Dibuang, Salak Dibuat Keripik, Bijinya Jadi Bubuk, Kulitnya Jadi Teh

WhatsAppFacebookGmailCopy LinkTwitterShare
Keripik salak yang diproduksi Gria Oleh Oleh Suwaru milik Tutut.

MALANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Di tangan Endang Tri Pujiastutik —biasa dipanggil Tutut— warga Desa Suwaru RT 2/RW 1, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang, Jawa Timur, buah salak dapat diolah menjadi berbagai minuman dan panganan. Bahkan, mulai buah, biji, hingga kulitnya tak ada yang dibuang. Semua dapat diolah dan menghasilkan uang.

 

Endang Tri Pujiastuik alias Tutut.

DITEMUI saat mengikuti pembekalan calon anggota Jejaring Panca Mandala (JPM) yang diseleggarakan Badan Pengembangan Ideologi Pancasila (BPIP) di Hotel Grand Dafam, Surabaya, Senin (25/07/2022) malam, Tutut menjelaskan, buah salak diolahnya menjadi keripik.

“Kebetulan di desa saya memang sentra buah salak yang dikenal dengan nama salak suwaru. Jadi, kalau soal bahan baku untuk keripik salak, kami tidak kesulitan. Buah salak itu kami olah menjadi keripik. Tiap hari bisa produksi 20 kg, dan kami jual Rp 12.500 – Rp 13.000/ons. Kalau partai besar (satu sak isi 7 kg) harganya Rp 90.000 – Rp 95.000/kg. Minimal harus ambil 21 kg,” katanya.

Salah seorang pekera tengah memanaskan biji salak.

Untuk kulit dan bijinya tidak dibuang. Tapi diolah lagi. “Bijinya kami olah menjadi bubuk biji salak. Dijua; Rp 20.000/pcs. Khasiatnya, mengencerkan darah, menurunkan kolesterol dan tekanan darah tiggi. Cara penyajiannya diseduh dengan air hangat seperti minum kopi,” kataya.

Keripik pisang yang diproduksi Gria Oleh Oleh Suwaru.

Sedangkan kulit salak, diolah menjadi teh. Namanya, teh kulit salak. Khasiatnya, menetralkan gula darah dalam tubuh. “Jadi, mulai buah, kulit, hingga biji salak tak ada yang dibuang. Semua dapat diolah dan menghasilkan uang,” terang Tutut yang juga Ketua Forum Komunikasi Pelaku Usaha Industri Kecil Mikro Kabupaten Malang ini. (mat)

WhatsAppFacebookGmailCopy LinkTwitterShare
Exit mobile version