16 Februari 2025

`

Staffsus BPIP : Sambut Ramadhan Dengan Refleksi Aktualisasi Pancasila

2 min read

JAKARTA, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Staff Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonious Benny Susetyo, mengajak semua pihak menyambut Ramadhan 1444 H/2023 M sebagai sarana refleksi aktualisasi Pancasila dalam kerukunan umat beragama.

 

Staff Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonious Benny Susetyo, saat dialog di Omah Joglo, Yogjakarta, bersama budayawan, Ngatawi Al Zastrouw, Rabu (22/03/2023) malam.

 

AJAKAN ini ia sampaikan saat dialog tipping di Omah Joglo, Yogjakarta, bersama budayawan, Ngatawi Al Zastrouw, Rabu  (22/03/2023) malam.

Dalam dialog pembuka, Antonious Benny, menyatakan, pekerjaan silaturahmi menjelang Ramadhan memang sudah diwariskan sejak era Gus Dur, Romo Mangun, dan ulama lain sejak dahulu. “Saya,  tiap tahun menjelang Ramadhan, telah melakukan kunjungan ke almarhum Kyai Hasyim Muzadi dari dahulu. Ziarah  itu merupakan tradisi luhur masa kini dan merupakan salah satu tradisi umat beragama Indonesia,” katanya.

Benny menjelaskan, Ramadhan membuat semua orang  rindu kampung halaman dan rindu kawan lama. Hal ini bukan suka cita umat muslim saja, tetapi dirayakan juga oleh umat beragama lain di indonesia. “Hal tersebut merupakan refleksi dari nilai Pancasila yang digali Bung Karno yang diambil dari masyarakat Indonesia. Bukti Pancasila ada sejak dahulu  dibuktikan  masyarakat Hindu dan Budha hidup  rukun. Aliran perbedaan itu bisa hidup rukun cuma hadir di Indonesia,” tegasnya.

Melalui dialog kemarin, Benny menyatakan bahwa Pancasila adalah bentuk demokrasi. Semua adat istiadat umat beragama  dihargai.

Dalam dialog dan tanya jawab dengan Ngatawi Al Zastrouw, ada pembahasan  mengenai  fenomena radikalisme dan terorisme serta bagaimana Pancasila menghadapi tantangan seperti itu.

Menurut Benny, semua orang dasarnya adalah radikal. Namun menjadi masalah jika memasukkan  paham isme yang menganggap dirinya yang paling benar, sedang yang lain salah. “Ini yang menjadi masalah. Persoalan kita mengenai radikalisme adalah bagian dari manipulasi agama untuk politik ekonomi. Jika kita belajar agama tanpa ada gurunya, jika gurunya salah, inilah yang bakal terjadi. Kerap kali malah menggunakan orang yang tidak paham agama untuk alat provokasi,  akhirnya kehilangan nurani. Kita tidak boleh menjadi fanatik dalam satu agama. Di situlah pentingnya ulama dan tokoh agama menyatukan dan memberikan suasana sejuk dalam kehidupan beragama,” jelasnya.

Lebih lanjut Benny menjelaskan, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) berupaya mengembalikan pendidikan Pancasila dengan mengumpulkan banyak penulis  untuk membuat materi Pancasila. “Berkumpulnya penulis itu telah terjadi kesepakatan dan kesepahaman bahwa menjadikan pendidikan Pancasila sebagai pendidikan karakter adalah mutlak. Selain itu BPIP juga akan mewujudkan pokok ekonomi pro rakyat kecil dengan ekonomi Pancasila,” tegasnya.

Dia menambahkan, semua masyarakat Indonesia dari ujung barat ke timur, harus merasakan perputaran ekonomi dan pembangunan ekonomi, sehingga mereka tidak tertinggal. Hal itu dapat terwujud jika Pancasila hadir sebagai Ideologi kerja yang menjadi prinsip bagaimana masyarakat bisa memenuhi kebutuhan dengan pikirannya sendiri. (mat)