Staffsus BPIP : Jejaring Panca Mandala Benteng Pancasila
2 min readBANGKA BELITUNG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Era digital saat ini menciptakan manusia yang dituntut lebih jujur dan hati-hati, tetapi juga menjadi manusia yang egois. Dalam masa ini, manusia ditelanjangi, menjadi terasing dengan realitas hidupnya, menjadi egois, hanya mementingkan dirinya, sibuk dengan penampilan, tetapi kehilangan kesadaran kritisnya.

HAL INI disampaikan Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonius Benny Susetyo, saat menjadi narasumber Penguatan Pembinaan Ideologi Pancasila Jejaring Panca Mandala se-Bangka Belitung, di Kabupaten Bangka Tengah, Pulau Bangka, Senin (13/03/2023). Acara ini diikuti unsur akademik, pelaku bisnis, pemerintah, media, dan organisasi masyarakat, sosial dan politik di lingkungan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Antonius Benny Susetyo yang mengangkat tema ‘Literasi Digital Pancasila melalui Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)’ menjelaskan, Pancasila harus diaktualisasikan di era digital. “Pancasila di era digital adalah bagaimana aktualisasinya semua orang bisa melihat; rekam jejak terbuka jelas, tidak ada yang bisa disembunyikan. Topeng-topeng hidup kita terbuka di era digital ini,” jelasnya.
Era digital, menurutnya, menciptakan manusia yang dituntut lebih jujur dan hati-hati, tetapi juga menjadi manusia yang egois. “Manusia ditelanjangi, menjadi manusia terasing dengan realitas hidupnya. Manusia menjadi egois, hanya mementingkan dirinya, sibuk dengan penampilan, tetapi kehilangan kesadaran kritisnya,” tuturnya.
Pakar komunikasi politik ini menjelaskan, Pancasila haruslah dikenal secara detail terlebih dahulu, untuk dapat diaplikasikan, terutama di sosial media. “Pancasila sebenarnya adalah kesepakatan para pendiri bangsa. Itu yang harus kita kenali terlebih dahulu. Bahwa semua masyarakat mengorbankan kepentingan dan egoisme suku, bangsa, agamanya, untuk mencapai persatuan. Dengan mengenal itu, kita mengerti bahwa Pancasila adalah solusi untuk hidup rukun dalam keberagaman,” terangnya.
Dia juga menjelaskan, Pancasila itu ideologi ‘tengah’, bukan ke barat, bukan ke timur. Bukan ke liberalisme, bukan ke komunisme. “Sekali lagi, Pancasila adalah kesepakatan. Orang-orang berani meninggalkan egoismenya untuk hidup bersama. Pancasila menjadi perekat dan pemersatu kita. Itu yang harus kita ingat dan mengerti,” tandasnya.
Terkait hoaks, Benny menyatakan, seharusnya semua bisa menjadi penangkal hoaks. “Semua unsur panca mandala (akademisi, pelaku bisnis, organisasi masyarakat, pemerintahan, dan media) harus menghentikan hoaks, agar negara tidak kolaps. Pertahankan Pancasila di ruang digital dengan merebut ruang publik. Yakinkan dan buat konten positif dan informatif yang membangun. Tempat-tempat kerukunan atau kekayaan budaya, misalnya, di-blast sehingga memiliki efek. Kita semua harus mampu menjadi role model pelaku Pancasila bagi bangsa dan negara,” tutupnya. (mat)