SOP Tak Optimal, Wali Kota Malang “Jewer” Manajemen PDAM
2 min readMALANG, TABLOIDJAWATIMUR. COM – Kebocoran air PDAM menjadi perhatian Sutiaji, Wali Kota Malang. Untuk itu, ia melakukan kunjungan spontan ke kantor PDAM Kota Malang, Jawa Timur, Jumat (9/11/2018).

BERSAMA salah satu Dewan Pengawas PDAM Kota Malang, Rinawati, wali Kota awalnya terusik atas laporan kinerja tri wulan 3 PDAM Kota Malang.
“Core utama PDAM kan penjualan air, 90 persen ditopang bisnis penjualan air. Berdasarkan laporan, baru 63 persen yang bisa dioptimalkan, ” tutur Sutiaji.
Seharusnya, menurut Sutiaji, prosentase kehilangan air yang tidak terproduksi berkisar 37 persen. Namun, laporan angka kebocoran hanya 19 persen. Untuk, itu ia menemui manajemen untuk mengetahui kalkulasinya.

Sementara itu, Anita Sari, Plt. Direktur Utama PDAM Kota Malang, menjelaskan, angka 19 persen kebocoran tersebut, murni teknis bocor pada pipa saluran. Ada pun selebihnya bersifat loss, karena penggunaannya bersifat CSR, pada hidran atau pun penggunaan air non meter.
Atas penjelasan manajemen, Sutiaji menekankan pentingnya ada SOP dan alat yang dapat mengukur tingkat kebocoran secara absolut.
“Kalau SOP jelas, pasti akan diketahui mulai sumber hingga pelanggan, mana titik serta potensi lossnya bisa diketahui dan ditangani. Dengan tidak bisa menghitung angka absolut loss air di luar kebocoran teknis, menunjukkan mekanisme SOP atau Sistem Kendali Internal belum optimal,” lanjut pasangan Sofyan Edi ini.
Merespon warning wali Kota, PDAM melakukan trial pemasangan alat Noise Logger Corelator (NLC).
“Alat ditanam pada sambungan pipa PDAM, yang terhubung, terkontrol dan terkendali melalui Command Centre PDAM. Alat akan mendeteksi suara aliran air yang bocor, sehingga dapat diketahui titiknya secara pasti, “jelas Gigi, Tim IT PDAM Kota Malang.
Pada masa trial, diperkiran butuh waktu 1 hingga 2 bulan. Jika efektif dan akurat, akan dilakukan pemasangan secara masive di 2019. (ide)