Ribuan Maba FTP UB Makan Getuk dan Minum Jamu Kunyit
2 min readMALANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Ribuan mahasiswa baru (maba) Fakultas Teknik Pertanian (FTP) Universitas Brawijaya (UB), makan getuk dan minum jamu kunyit asem bersama- sama di gedung Samanta Krida UB, Malang, Jawa Timur, Sabtu (19/08/2023) siang.

MENURUT Dr. Mochamad Bagus Hermanto, STP, M.Sc, Wakil Dekan FTP Bidang Kemahasiswaan, makan getuk dan minum jamu bersama- sama ini, menjadi salah satu materi Pengenalan Kehidupan Kampus (PKK) untuk maba. “Kegiatan ini termasuk dalam upaya ketahanan pangan yang tidak selalu berfokus kepada nasi sebagai makanan pokok,” katanya.

Apalagi FTP sangat konsen terhadap penelitian dan pengabdian masyarakat. “Teknologi tepat guna yang diciptakan bisa berhilir ke masyarakat. Salah satunya produk penelitian dari center of excellent. Dalam PK2MB ini, FTP sangat konsern terhadap penelitian dan pengabdian masyarakat. Produk penelitian nanti bisa dimanfaatkan seluas-luasnya oleh masyarakat,” terang Mochamad Bagus Hermanto di sela- sela acara, Sabtu (19/08/2023).
Karena itu salah satu kegiatan PK2MB adalah memperkenalkan kepada mahasiswa baru makan getuk sebagai olahan umbi. Selain itu minum jamu kunyit sebagai olahan mengangkat produk lokal. “Kami memperkenalkan kepada generasi muda bahwa ada makanan tradisional yang enak. Tidak diserbu makanan luar dan mengedepankan makanan lokal. Upaya implementasi sekaligus melaksanakan kerjasama dengan perusahaan jamu dengan analisis terdahulu,” lanjutnya.

Lebih lanjut Bagus menjelaskan, tidak hanya memperkenalkan kepada generasi muda, namun juga menunjukkan lebih banyak lagi potensi wirausaha bagi pelaku UMKM yang bisa ditiru.
Sementara itu, Ketua Pelaksana P2KMB, Permana Aji Dewa Saputra, menjelaskan, beragam kegiatan dilakukan dalam PK2 Maba Rajawali Fakultas Teknologi Pertanian. Dimulai kedatangan maba, kemudian dimulai secara resmi pukul 07.00 WIB dan berakhir pukul 16.00 WIB.
“Materinya, pengenalan struktur fakultas. Kemudian materi akademik, kebangsaan, sarana prasana, serta kemahasiswaan. Pada bagian akhir, pengetahuan kekerasan seksual. Hal itu perlu untuk mengetahui batasannya, menyamakan persepsinya. Intinya, untuk mencegah agar tidak menjadi korban bahkan pelaku,” terangnya. (aji/mat)