Prof. Dr. Zainuddin Maliki : Pendidikan Jarak Jauh Kurang Efektif
2 min readMALANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Anggota Komisi X DPR RI, Prof. Dr. Zainuddin Maliki, M.Si, mengakui, pendidikan jarak jauh (daring) yang sudah berjalan lebih dari setahun, belum menghasilkan pembelajaran yang memuaskan. Proses pembelajaran yang diharapkan juga belum terlaksana dengan baik.
HAL INI ia sampaikan saat Bincang Pendidikan bertajuk ‘Transformasi dan Digitalisasi Budaya Belajar Jarak Jauh’, belum lama ini yang diselenggarakan Rumah Baca Cerdas (RBC) Institute A. Malik Fadjar. Hadir juga sebagai pembicara, Rina Wahyu Setyaningrum, M.Ed (Dosen FKIP UMM), Nashir Effendi (Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah).
“Pendidikan jarak jauh kurang efektif. Salah satu faktornya, aspek teknologi. Teknologi digital belum bisa dikuasai dan dimanfaatkan dengan maksimal, utamanya oleh para pengajar dan pendidik. Hal ini jadi bahan evaluasi untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran,” kata Prof. Dr. Zainuddin Maliki, MSi,.
Mantan Dewan Pendidikan Pemprov Jatim ini menambahkan, para tenaga pendidik diharapkan mampu menempa diri, menerapkan, serta mengemas pembelajaran dengan menarik, dengan menggunakan metode Somatis, Auditori, Visual, Intelektual (SAVI).
Pada kesempatan yang sama, Rina Wahyu Setyaningrum yang didapuk sebagai pemateri kedua menyoroti terkait adanya perbedaan yang signifikan antara pembelajaran daring dan luring. “Ketika daring, sebagian besar anak-anak sering merasa sendiri karena tidak memiliki orang yang bisa menjadi konsultan secara langsung,” katanya.
Padahal saat pembelajaran luring, tidak jarang siswa mengalami kesulitan dan diatasi oleh para guru secara langsung. Sedangkan ketika di rumah, siswa harus mempersiapkan semuanya sendiri. Kendati demikian, ada beberapa hal positif yang didapat siswa dalam pembelajaran daring. Misalnya, mengerjakan tugas bersama teman sebayanya.
Ia juga mengungkapkan, pendidikan karakter dapat disinergikan selama pendidikan jarak jauh. Contohnya, salah satu sekolah di Surabaya yang mengaplikasikannya melalui rutinitas pagi hari.
“Sebelum pembelajaran daring berlangsung, peserta didik diminta melakukan hafalan ayat-ayat pendek Al-Quran, memahami maknanya, serta menyanyikan lagu-lagu kebangsaan. Selain itu, nilai integritas dan kemandirian juga bisa dilakukan bersama orang tua di rumah sesuai dengan petunjuk guru dengan melaporkan hasil kegiatan melalui bukti foto,” imbuhnya.
Hal senada disampaikan Nashir Effendi. Ia menilai, diskusi yang dilakukan di ruang digital jauh lebih interaktif. Misalnya, pembelajaran melalui Google Classroom yang mendorong para siswa pendiam untuk mengajukan pertanyaan saat kurang memahami materi.
Di akhir pemaparannya, ia mengatakan, perubahan paradigma proses pembelajaran di dalam kelas adalah langkah strategis dalam menghadapi era digital. “Tujuannya, untuk menciptakan proses yang penuh dengan pengalaman menarik. Selain itu juga dapat memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk berkolaborasi dengan para guru dan temannya,” kata Nashir. (div/mat)