12 November 2024

`

Pemkab Malang Gelar Pesona Kreasi Batik

3 min read

MALANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Pemerintah Kabupaten Malang, Jawa Timur, akan menyelenggarakan Pesona Kreasi Batik dalam rangka Hari Batik Nasional 2022 di Museum Singhasari, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (01/10/2022).

 

Kepala Bagian Prokopim yang juga mantan Camat Poncokusumo, Marendra Hengky Irawan, S.STP, M.AP, menunjukkan batik dari Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo.

 

KEPALA Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Malang, Dr. Ricky Meinardhy, ST, MT, menjelaskan, rangkaian kegiatan akan dimulai 1 Oktober 2022 dengan menggelar pameran batik dan desain batik yang diikuti seluruh perajin batik se-Kabupaten Malang. Selain itu ada lomba fashion show batik tingkat SLTP dan SLTA, lomba fashion show batik istri para camat dan Istri pimpinan OPD, kesenian rakyat tradisional, pameran produk unggulan dan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah).

Kepala Bagian Prokopim Kabupaten Malang yang juga mantan Camat Poncokusumo, Marendra Hengky Irawan, S.STP, M.AP, menunjukkan batik dari Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo.

Sedangkan pada Minggu (02/10/2022), puncak Pesona Kreasi Batik yang rencananya dibuka Bupati Malang, HM Sanusi, dihadiri Forkompimda (Forum Komunikasi Pimpinan Daerah), para pejabat Pemerintah Kabupaten Malang, para pelaku usaha, dan perajin batik se Kabupaten Malang.

“Selain dapat mengangkat potensi batik Kabupaten Malang, Pesona Kreasi Batik ini diharapkan dapat memberi apresiasi kepada para perajin maupun pengusaha batik di Kabupaten Malang. Tujuannya, agar para perajin atau pengusaha batik terus berinovasi untuk mengembangkan batik Kabupaten Malang sebagai warisan budaya, sehingga nilai ekonomi meningkat,” harap Dr. Ricky Meinardhy, ST, MT.

Ricky menambahkan, sebagai bentuk partisipasi Pemerintah Kabupaten Malang dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional, seluruh ASN (Aparatur Sipil Negara) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Malang sampai perangkat desa, diwajibkan mengenakan seragam batik selama 5 hari kerja, mulai 03 – 07 Oktober 2022.

Sementara itu, potensi batik di Kabupaten Malang, cukup besar. Salah satunya dari Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo. Desa yang dikenal sebagai desa wisata di atas awan —karena berada di ketinggian 2.150 meter di atas permukaan laut (mdpl)— ini tidak hanya mengandalkan potensi alam dan budaya untuk menarik minat wisatawan. Tapi juga menyuguhkan industri batik yang unik, punya ciri khas tersendiri, yang tidak ditemukan di daerah lain.

Ciri khasnya itu terletak di motifnya. Menurut Sekretaris Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dewi Adas, Timbul Urip, ada tiga motif batik Ngadas. Pertama, motif bunga adas (adas pulosari).

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Malang, Dr. Ricky Meinardhy, ST, MT.

“Daun adas banyak manfaatnya. Seperti untuk menghilangkan bau mulut (menyegarkan pernafasan) dan mengatasi sesak nafas. Sedangkan buahnya bisa dipakai untuk mengatasi flu. Di sini, bunga adas sangat banyak dan tumbuh liar. Bahkan, kalau tumbuhnya di perkebunan, dianggap sebagai tanaman pengganggu sehingga sering dibabati (dibersihkan),” katanya, belum lama ini.

Mengapa memilih bunga adas sebagai ciri khas batik Ngadas? “Kita memang ingin memperkenalkan Desa Ngadas dengan ikonnya bunga adas. Sebab, awalnya Desa Ngadas ini berupa hutan adas, sehingga dinamai Desa Ngadas. Nah, kami ingin menjadikan bunga adas ini sebagai ikon Desa Ngadas melalui motif batik,” jawab Bendahara Pokdarwis Dewi Adas, Harjo yang menjaga stand Desa Ngadas.

Kedua, motif tumbuhan babonan yang juga hidup di Ngadas. Bunga tumbuhan ini biasanya dimakan untuk lalapan. “Tanaman ini tumbuh liar. Biasanya tumbuh di tebing-tebing, dan termasuk tumbuhan liar, sehingga saat menjelang HUT RI selalu dibersihkan,” jelasnya.

Ketiga, motif bunga wulung. Menurut Timbul, bunga ini biasanya tumbuh di tempat-tempat yang sakral, seperti di punden dan sanggar. Kalau pun tumbuh di tempat lain selain di punden dan sanggar, biasanya tidak bisa tumbuh normal. “Tapi kalau di punden, bisa tumbuh subur, mungkin karena tanahnya disakralkan sehingga tidak ada yang mengganggu. Penyebarannya tak banyak, karena hanya tumbuh di sanggar dan punden (danyang). Dua tempat ini adalah tempat yang disakralkan,” terangnya. (iko/mat)