Pandemi COVID-19, Gadis Purwantoro Justru Mampu Produksi Batik
2 min read
MALANG, TABLOIDJAWATIMUR. COM – Pandemi COVID-19 tak membuat kreativitas dan produktivitas Cindy Alifia Anggraini (19), warga Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur, terhenti. Meski segala kegiatan dibatasi, namun dia mampu membuat batik tulis.
“MELALUI batik, saya bisa menuangkan ekspresi diri. Dalam batik saya, banyak yang bercorak tumbuhan, bunga, dan beberapa ciri khas Malangan. Seperti Topeng Malangan dan Tugu Malang,” ujar Cindy, kemarin.
Selain untuk mengekspresikan diri, batik yang diproduksinya ini juga dijual melalui media online. “Lumayan untuk penghasilan tambahan,” katanya seraya menambahkan, sejak mulai membuat batik pada Juli 2020 hingga saat ini, belum banyak batik yang berhasil dijual.
Untuk membuat sepotong kain batik, Cindy membutuhkan waktu sekitar 7 hari. Hal itu lantaran batik yang diproduksi, dibuat secara mandiri dan manual. Mulai menggambar pola, mencanting, mewarnai kain, hingga finising. Semua dia lakukan secara manual. “Dalam sebulan, paling hanya 2 hingga 3 potong kain batik terjual,” akunya.
Meski tak banyak, dia bersyukur dengan penjualan batiknya bisa sedikit membantu meringankan beban perekonomian orang tuanya. “Harganya bervariasi, mulai Rp 150 ribu sampai Rp 300 ribu per potong. Dulu juga pernah dibeli sama orang Jakarta dari anggota BPIP saat ada kunjungan Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang, Surya Djandra di Kelurahan Purwantoro,” tuturnya.

Sebagai mahasiswa aktif di Akademi Pariwisata dan Perhotelan (Apartel) Ganesa, Malang, Cindy juga aktif melakukan kegiatan kampus melalui daring.
Ketertarikannya terhadap seni batik muncul saat di bangku SMK. Saat itu, dia sekolah di SMK 5 Malang, jurusan tekstil. Hobi membatik muncul setelah melihat keindahan batik dari berbagai daerah.
Orang tuanya pun terus mendukung apa yang menjadi kesenangannya. Meski tak ada silsilah orang tua atau kakek neneknya yang membatik, Cindy tetap mendapat dukungan untuk mengembangkan kemampuan membatiknya.
“Karena sudah menjadi hobi, saya berharap setelah lulus kuliah nanti, bisa terus mengembangkan produksi batik. Saya ingin memperluas pasar penjualannya. Mudah- mudahan bisa membuka lapangan kerja bagi warga sekitar juga,” tutur mahasiswa semester 3 ini. (div/mat)