MALANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Banjir dan tanah longsor yang menimpa Dusun Selopuro, Desa/Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, dua pekan lalu, tidak hanya membawa kerugian secara materi, tetapi juga berdampak secara psikologis bagi para korban, terutama anak-anak.

NAMUN turunnya Mobil KaCa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), bekerjasama dengan Mahasiswa Relawan Siaga Bencana (Maharesigana), sangat membantu trauma healing bagi anak-anak di camp pengungsian.
Penanggung jawab pengungsian, Eko S, menjelaskan, kehadiran Mobil KaCa ini selain memberikan edukasi, juga sangat menghibur anak-anak yang berada di camp pengungsian. Sebab, anak-anak diajak bermain. Mulai estafet holahoop, moving bola, dan bermain kata-kata.

Setelah itu anak-anak disuguhi film-film kartun islami. Selesai menonton, anak-anak dibebaskan membaca buku yang tersedia di Mobil KaCa. Bagi anak-anak yang belum bisa membaca, bisa mendengarkan dongeng.
“Biasanya anak-anak bermain sendiri. Jarang ada kegiatan bermain bersama, membaca buku, dan menonton film seperti ini. Saya sangat berterimakasih kepada UMM dan Mobil KaCa karena telah menghibur dan mengedukasi anak-anak di camp pengungsian ini,” ujar Eko S yang juga warga sekitar lokasi bencana.
Berbagai kegiatan yang dirancang untuk anak-anak ini merupakan upaya untuk mengurangi rasa cemas dan khawatir yang dialami anak-anak setelah bencana banjir dan tanah longsor.

Salah satu anggota Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Kabupaten Nganjuk, Sitta Ardilillahi Ulfa berharap, kegiatan ini tidak hanya berhenti untuk anak-anak, tapi untuk semua. Mengingat masa pengungsian masih lama, diharapkan akan ada program lanjutan yang ditujukan untuk remaja dan orang dewasa.
“Saat ini, acara yang sudah terlaksana sudah sangat bagus. Diharapkan nanti akan ada program lanjutan. Program trauma healing juga untuk remaja dan dewasa,” terangnya.
Sementara itu, Nurul Hamidah, Koordinator Lapangan Mobil KaCa UMM sempat terkejut dan senang dengan antusiasme anak-anak dalam mengikuti kegiatan Mobil KaCa ini. “Anak-anak terlihat senang ketika kami memutar film kartun. Lalu ketika sesi baca buku, anak-anak langsung menyerbu dan memilih buku-buku yang mereka sukai untuk dibaca. Bahkan beberapa orang dewasa juga ikut membaca buku,” ujarnya.
Mida —-panggilan Nurul Hamidah—- menjelaskan, semua kegiatan dilakukan dengan protokol kesehatan yang ketat. “Para relawan diharuskan memiliki surat SWAB Antigen. Selain itu, para relawan juga wajib mengenakan masker dan mencuci tangan selama berkunjung di camp pengungsian,” pungkasnya. (div/mat)