15 Desember 2024

`

Masih Ada 1.200 GTT/PTT di Kota Malang Yang Belum Diangkat

2 min read

MALANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Jumlah guru tidak tetap dan pegawai tidak tetap (GTT/PTT) yang belum diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS) cukup banyak, sekitar 1.200 – 1.300 orang. Sedangkan jumlah sekolah yang butuh perbaikan juga masih cukup banyak.

 

Sejumlah peserta mengikuti upacara hardiknas di halaman Balikota Malang, Kamis (02/05/2024) pagi.

 

Pj Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, memberi keterangan pers terkait pendidikan di Kota Malang, Jawa Timur, usai upacara hardiknas di halamana Balikota Malang, Kamis (02/05/2024) pagi.

HAL INI disampaikan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang, Suwardjana, usai upacara memperingati Hari Pendidikan Nasional (hardiknas) di halaman Balaikota Malang, Jawa Timur, Kamis (02/05/2024) pagi.

“Terkait GTT dan PTT, masih ada sekitar 1.200 sampai 1.300 guru yang belum terangkat. Diharapkan bisa diangkat di tahun ini. Sedang sekolah yang dirasa belum atau kurang layak, mayoritas sekolah swasta. ‘Terkadang kami hati-hati untuk merehab sekolah. Satu kami melihat status tanahnya harus jelas. Kalau swasta jelas status tanahnya milik yayasan,” terangnya.

Suwardjana menambahkan, tahun ini, akan ada pembagunan sekolah sekitar 30 -40 unit. Jumlah itu campur negeri dan swasta, SD,-SMP, dan TK.

Terkait hardiknas, ia berpesan agar para guru melaksanakan sesuai tupoksinya, termasuk wisuda. “Dinas Pendidikan Kota Malang  tidak melarang dan tidak menganjurkan. Wisuda kami serahkan kepada wali siswa. Sekolah tidak boleh ikut campur. Kalau memang ada wisuda, silahkan, tapi yang menangani wali siswa dan komite,” pungkasnya.

Sejumlah peserta mengikuti upacara hardiknas di halaman Balikota Malang, Kamis (02/05/2024) pagi.

Sementara itu, PJ Wali Kota Malang, Dr. Ir. Wahyu Hidayat, MM, memimpin upacara hardiknas, di halaman Balikota Malang, Kamis (02/05/2024) pagi, diihadiri Forkompinda Kota Malang, para kepala organisasi perangkat daerah (OPD), camat, lurah, para kepala sekolah mulai jenjang dasar, menengah, serta para undangan lainnya.

Dalam kesempatan itu, Wahyu Hidayat membacakan sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Salah satu yang menjadi titik tekan terkait Kurikulum Merdeka (Kurmer), termasuk jmetode pembelajaran di masa pandemi dan setelah masa pandemi.

“Program Merdeka Belajar sudah dilakukan, termasuk saat pandemi Covid 19. Banyak hal positif yang dilakukan. Hasilnya sudah bisa dilaksanakan dan dirasakan. Ada peningkatan signifikan dan perubahan, baik dari pelajar, siswa, maupun masyarakat,” katanya seraya menambahkan, sudah ada beberapa langkah yang baik. Mulai siswa, sekolah, guru, serta sarpras.

Disinggung adanya sekolah yang kurang layak , Wahyu Hidayat mengakui memang ada keterbatasan. Untuk itu ke depan dia akan fokus pada peningkatan sarpras agar lebih layak. “Salah satu yang masih mejadi PR (pekerjaan rumah), terkait status tenaga pengajar, dari GTT/PTT. Harapannya, nantinya bisa segera terwujud,’ pungkasnya. (aji/mat)