22 Maret 2025

`

Makna Dibalik Peringatan Muharram Tahun Baru Hijriyah

12 min read

Oleh : Dr. H. Romadlon Chotib, M.H.

 

PENDAHULUAN
Hari ini ummat Islam seluruh dunia memperingati Tahun baru Hijriyah 1445 H. Setiap peringatan tentu ada sebab dan tujuan, kenapa harus diperingati, untuk apa memperingati, apa manfaat dari peringatan yang dilakukan, itu bagian dari tujuan tulisan judul “Makna Dibalik Peringatan Muharram Tahun Baru Hijriyah 1445 H”.

Dr. H. Romadlon Chotib, M.H.

Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa. (terjemah al-qur’an surat at taubah ayat 36).

Surat at-taubah ayat 36 diatas menunjukkan hitungan bulan menurut Islam sesuai dengan kehendak Allah swt. yang menciptakan langit dan bumi adalah 12 bulan, Muharram, Shafar, Rabiul Awwal, Rabiul Tsani, Jumadal Ula, Jumadal Tsaniyah, Rajab, Sya’ban,Ramadhan, Syawwal, Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah (Abdullah ABDUL ilah, QISSAH hayat, Hal 9) diantara 12 bulan itu yang 4 disebut bulan “Hurum” (bulan yang diharamkan/ dimulyakan) tidak boleh berperang,namun jika ada yang memulai memerangi haraus dilawan (Sayyid Sabiq Fiqhus Sunah, 2/660).

BULAN MUHARRAM
Tahun Baru Hijriyah, disebut juga tahun baru Qamariyah, dimulai dari awal bulan Muharrah, Pergantian tahun barunya, sesuai denga munculnya bulan Qomariyah (bulan sabit), yaitu disaat terbenamnya mata hari, kemudian muncul bulan tsabit (baik melalui Rukyatul Hilal, maupun Hisab), praktis awal tahun Hijriyah dimulai waktu Maghrib tanggal 1 Muharram, itulah awal tahun Baru Hijriyah.

Tahun bari hijriyah diambilkan dari peristiwa Hijrahnya Rasulullah saw., dari kota Makkah al-Mukarramah, menuju Kota Madinah al-Munawwarah, Hijrah menurut bahasa berarti Pindah, menurut ternimologinya berpindah dari suatu yang kurang baik,menjadisesuatu yang lebih baik, dari sesuatu yang kurang Islami menjadi suatu yang lebih Islami, Pengambilan nma Hijriyah pun untuk dapat menjadikan pergantian tahun bari Hijriyah, menjadikan sesuatu yang kemarin kurang baik, diharapkan menjadi hal yang lebih baik lagi (makna Hijriyah).

Momentum Tahun Baru Hijriyah, banyak dikemas oleh para Ulama’ dan orang orang Shalih, untuk Muhasabah, (Introspeksi diri), dengan selalu bertaubat dan berdo’a, memohon kepada sang pencipta Allah swt., Agar ditahu yang lampau, banyak kesalahan, dan kekurangan, dapat diampuni, dan kemudian pada tahun-tahun mendatang menjadi tahun yang lebih sukses, semangat, dan tentu lebih baik secara keseluruhan, sebagai mana kesuksesan peristiwa Hijrah, dengan momentum ini para ulama dan orang-orang solih membekali masyarakat muslim dengan membuat tuntunan do’a ahir tahun, dan do’a awal tahun, do’a ahir tahun dibaca setelah solat ashar ahir bulan Dzul Hijjah, dan Do’a awal tahun dibaca sehabis Maghrib Tanggal 1 Muharrah, (tahun baru Hijriyah). Yang kemudian diikuti dengan berpuasa, santunan kepada anak yatim, faqir miskin, dan berbagai kegiatan yang bernuansa Islami.

MEMPERINGATI TAHUN BARU HIJRIYAH
Peristiwa Muharram, sebetulnya sudah ada sejak manusia Pertama, Yaitu Nabi Adam Alaihissalam, beliau diturunkan ke bumi dengan Dewi Hawa, untuk menjalankan Taubatan Nasuha (taubat yang tulus dan bersih), beliau berdua diturunkansecara terpisah jauh, Adam diturunkan di daerah India, sedangkan Ibu Hawa diturunkan di daerah Irak, tempat yang sangat berbeda dan Jauh, Namun alloh kemudian mempertemukan keduanya di Arafah Makkah, tepatnya di Jabal Rahmah setelah keduanya melakukan pertaubatan,dan diterima Taubatnya oleh Allah swt. Bertepatan dengan bulan Muharram, atau Asyura, (Abul Laits As-Samarkandy, Tanbihul Ghofilin 122)
Memperingati Peristiwa Muharram, yang lebih fenomenal juga telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. Dalam sebuah hadits Sohih bukhori No. 3397 yang berbunyi :
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، لَمَّا قَدِمَ المَدِينَةَ، وَجَدَهُمْ يَصُومُونَ يَوْمًا، يَعْنِي عَاشُورَاءَ، فَقَالُوا: هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ، وَهُوَ يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى، وَأَغْرَقَ آلَ فِرْعَوْنَ، فَصَامَ مُوسَى شُكْرًا لِلَّهِ، فَقَالَ «‌أَنَا ‌أَوْلَى ‌بِمُوسَى مِنْهُمْ» فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ (حديث 3397 )

Artinya : Dari Ibnu Abbas ra. Sesungguhnya Nabi saw. Setyelah datang ke Madinah, menjumpai orang-orang Yahudi sama berpuasa pada Hari Asyura (muharram), Lalu Nabi Bertanya, apa an ini,.. kemudian orang-orang menjawab,.. Ini Hari yang Agung (hebat), yaitu Hari dimana Allah telah menyelamatkan Musa as. Dan Menenggelamkan Firaun dan punggawanya, kemudian aku puasa Untuk Musa, sebagai bentuk Syukur kepada Alloh,.. Lalu Nabi Mengatakan “Aku Lebih Berhak dengan Musa, daripada mereka, kemudian Nabi Berpuasa, lalu memerintahkan Ummatnya Untuk Berpuasa. Hadits Bukhori no. 3397 (Kitab Sohih Bukhori, 4/153 Syamilah).

“Ana Aula Bi Musa” Saya lebih berhak menghurmatiNabi Musa, kata Nabi dalam Hadits diatas, Ini menunjukkan Nabi memperingati kemenangan Nabi Musa dengan berpuasa dan menyuruh orang untuk berpasa, konteksnya Memperingati sebuah anugerah Alloh kepada Orang-orang Soleh dan Para Nabi-nabi sebelumnya, merupakan anjuran dan kesunnahan, makanya jika ummat Islam seluruh dunia, setiap Muharram ada Pasa Sunnah, Peringatan-peringatan Muharram dan Asyura, apa lagi di Indenesai, disana sini ada peringatan Muharram, dikemas dengan Peringatan Tahun Baru Hijriyah, sebetulnya mereka mengambil pelajaran Hadits Nabi diatas, kemudian dikemas menjadi sebuah momentum tahun baru Hijriyah, ini makna Haditsnya secara kontekstual.

MAKNA DAN HIKMAH MUHARRAM
Pemahaman makna dan hIkmah yang lebih mendalam dalam Peringatan Muharram, Asyura, dan Tahun Baru Islam, tahun Baru Hijriyah dijelaskan dalam Kitab Tanbihul Ghofilin Karangan Al-Faqih Abu Al-Laits Muhammad bin Ibrahim As-Samarqandy halaman 122-124, beliau mensyarahi Hadits Shohih diatas dengan berbagai, argumentasi antara lain :

Bulan Muharram juga disebut dengan bulan Asyura, (sepuluh) diambil dari kata Asyru Karamatin, sepuluh karamah, dan kemulyaan yang diberikan oleh Alloh kepada Para hamba-hamba pilihann, para rasul dan anabi-nabi sebeum Rasulullah saw.

Diterima Taubatnya Nabi Adam as.
Nabi Adam dan Hawa, setelah melakukan pelanggaran dilarang mendekat pohon Khuldi sebagai mana dalam al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 19, juga Surat Al-Baqarah ayat 35, dengan bujuk rayuan Iblis beliau disurga, malah memekan buah khuldi, yang kemudian Allah menghukumnya diturunkan di bumi, untuk menebus dosa-dosanya, yang sampailah Allah memepertemukan Nabi adam dan Ibu Hawa Lagi di Jabal Rahmah Padang Arafah Kota Makah, hal ini terjadi pada bulan Asyura/ Muharram.

Allah Mengangkat Nabi Idris ke Tempat Mulia (Surga)
Dalam Tafsir At-Thabari, Muhammad bin Jarierier bin Yazid Abu Ja’far At-Thabary berkata allah swt. Mengangkat derajatnya Nabi Idris Alaihis salam ke tempat yang mulia (ke langit) dan ditempat yang mulia itu beliau tidak mati, sebagai mana Nabi Isa as. (tafsir At-Thabari jilid 18 hal. 213), hal ini dinyatakan oleh Abul Laits Muhammad bin Ibrahim As Samarqandy, bertepatan pada bulan Asyura, atau bulan Muharram (tanbihul Ghafilin 122)

Bersandarnya Perahu Nabi Nuh
Dalam al-Qur’an surat Hud ayat 44 dijelaskan bahwa Perahu Nabi Nuh Berlayar sangat lama, sekitar 6 bulan, kemudian berhenti di gunung yang dinamakan gunung Judiy, banjir bandang zaman nabi Nuh, dapat teratasi, dan doselamatkannya Nabi Nuh dari bencana banjir bandang tersebut Bertepatan dengan tanggal 10 bulan Asyura, di bulan Muharram (Sulaiman Al-Qurtuby 9/36) Do’a nabi Nuh untuk bisa selamat dari bencana banjir bandang yang dibaca terus menerus selama ujian banjir, diijabahi sungguh-sungguh oleh Allah pada bulan dan tanggal Asyura. Muharram.

Nabi Ibrahim Diangkat Menjadi Khalilullah, dan Selamat dari Panasnya Api
Dalam Al-Qur’an surat An Nisak ayat 125 Allah Memulyakan Nabi Ibrahim as. dengan mengangkatnya sebagai Khalilullah (kekasih pilihan Allah) beliau diselamatkan dari pembakaran apinya Raja Namrud, Nabi Ibrahim selamat dari panasnya api, tidak merasakan npanas, bahkan sebaliknya terasa dingin, ini kehebatan Allah yang diberikan kepada Hamba pilihannya yaitu Nabi Ibrahin as.Teppat pada tanggal 10 Asyura, atau Muharram. (tanbihul Ghafilin 123).

Nabi Isa diangkat
Dalam al-qur’an Surat An Nisak ayat 157 Nabi Isa Alaihis Salam diangkat oleh Alloah, bukan disalib, atau dibunuh, bukan disalib, di akhir zaman nanti Nabi Isa akan turun Lagi menguatkan Syari’atnya Nabi Kita Muhammad saw. Dan melaksankannya dengan sempurna, sedang yang dibunuh dan disalib itu bukan nabi Isa, tetapi penganti Nabi Isa, yaitu berupa seorang lelaki yang mirip dan menyerupai nabi Isa, yang diperintah olah nabi Isa, menggantikannya, dan siap dibunuh, dengan imbalan Surga dari Alloh (tafsir At Thabary jilid 6 hal 454), ini merupakan kehebatan Nabi Isa yang diberikan oleh Allah untuk mengelabuhi pembenci-pembenci perjuangan Nabi Isa as. Dalam berdakwah, kehebatan yang dianugerahkan oleh Allah kepada Nabi Isa ini bertepatan juga pada 10 Asyura, atauMuharrab (Tanbihul Ghafilin 123).

Nabi Yunus Dikeluarkan dari Perut Ikan Paus
Al-Qur’an Surat al-Anbiyak ayat 87 menjelaskan Nabi Yunus as. Telah sangat menderita di dalam perut ikan paus selama lebih dari 40 hari, menganggap dirinya seakan sudah tidak akan hidup lagi, maka beliau pasrah kepada Allah, dan menyesali perbuatannya seraya bertaubat dengan memperbanyak membaca :
فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
Kemudian dia memanggil-manggil, dalam kondisi gelap gulita, sesungguhnya tidak ada tuhan selain Engkau, maha Suci Engkau, Aku Adalah orang yang benar-benar Dzalim,
Dengan penyesalan nabi Yunus dan Taubata yang terus menerus di suarakan,kemudian Allah swt, mendengar dan menerima Taubatnya,kemudian mengelauarkannya dari gelapnya dalam perut Ikan, ini juga terjadi pada tanggal 10 Asyura, atau Muharram, (Tanbihul Ghafilin 123)

Mengembalikan Kerajaan Nabi Sulaiman
Dalam al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 102 dijelaskan bahwa Nabi Sulaiman as. Difitnah dan ditipu oleh syetan, yang kemudian kerajaan Nabi Sulaiman pernah hilang dan Musnah begitu saja, Namun Allah swt. Kemudian mengembalikannya lagi dengan kejayaan yang lebih dahsyat (ibnu Asyur, Tafsir At Tahrier Wat Tanwier jilid 1 halaman 401) Abu Laits Muhammad bin Ibrahim As Samarqandy, menjelaskan, peristiwa dikembalikannya kerajaan Nabi Sulaiman Alaihis Salam, yang kemudian menjadi lebih besar lagi, bisa menhislamkan banyak orang termasuk kerajaan Bilqies tunduk kepadanya, ini terjadi pada tanggal 10 bulan Asyura, atau Muharram (Tanbihul Ghafilin 123)

Dikeluarkannya Nabi Yusuf as. dari Penjara
Al-Qur’an Surat Yusuf ayat 56 menjelaskan, peristiwa Nabi Yusuf dipenjara itu hanya untu mereda kemarahan orang-orang petinggi kerajaan pada waktu itu, namun berkat ketulusan, keihlasan, dan penyerahan diri Nabi Yusuf, akhirnya Allah swt. Membuka tabir kebenaran atas diri Nabi Yusuf as. Yang kemudian dibebaskan dari penjara dan Fitnah, bahkan Nabi Yusuf dimulyakan, diterima semua masyarakat, dan kerajaan bahkan Nabi Yusuf sampai diangkan menjadi Raja, peristiwa ini juga terjadi pada tanggal 10 Asyura, atau Muharram (tanbihul ghafilin 123)

Diterima Taubatnya Nabi Dawud as, dan dikembalikan kekuatan Dahsyatnya
Dalam Al-Qur’an Surat Saba ayat 10-11, dijelaskan, a
Allah memberikan kekuatan dahsyat kepada Nabi Dawud as. Dapat melunakkan besi tanpa api, dapat membuat baju besi, membuat senjata dari besi, membauat, pisau, keris dst., dari beri dengan kekuatan tangannya, tanpa harus perantara api dan tukang pande besi, namun kekuatan dahsyat tersebut, pernah dicabut oleh allah swt. Disaat Nabi dawud as. Melakukan kesalahan , berupa mencintai Istri orang lain, padahal ia sudah memiliki istri 99, ahirnya kehebatan Nabi Dawud tersebut hilang begitu saja, lalu Nabi Dawud bertaubat dengan cara bersujud sampai selama 40 hari 40 malam tanpa henti hentinya, yang kemudian Allah menerima Taubat Nabi Dawud, dan mengembalikan kehebatan, dan mukjizatnya (tafsir Ruhul Ma’ani jilid 23 halaman) juga dalam fatawi Ibnu Taimiyah jilid 3/260, Hal ini juga terjadi pada tanggal 10 Asyura, atau Muharram (tanbihul ghafilin)

Kemenangan Nabi Musa as. Melawan Fir’aun
Dalam Hadits Sahih Bukhari nomor 3397 diatas dijelaskan bahwa Nabi Muhammad saw. Saat datang ke Madinah menjumpai orang-orany Yahudi sama berpuasa, lalu beliau tanya, apa gerangan anda sama berpuasa,.?, dijawab Kami berpuasa sebab hari ini hari yang Mulia, hari yang Agung, Hari Kemenangan Nabi Musa as., Melawan Fira’an (hari Kekalahan Fir’aun atas Musa), maka kami berpuasa sebagai bentuk syukur kepada Allah, atas kemenangan Nabi Musa as,.. Lalu Nabi Berkata, Saya Lebih berhak (merayakan Kemenangan Musa), maka akau akan puasa dan akau perintahkan kalian berpuasa, secara kontekstual dijelaskan peristiwa ini terjadi pada tanggal 10 Asyura, atau Muharram, sebagai mana dijelaskan dalam kitab syarak Al-Bukhari (Umdatul Qory jilid 15 halaman 293, penegasan hadits yang ke 7933).

PERINGATAN TAHUN BARU HIJRIYAH DI MASYARAKAT
Dinamilka Peringatan Tahun Baru Hijriyah di Masyarakat banyak ragam dan model, hal ini menunjukkan bahwa budaya dan adat Indonesia sangat beragam dan kaya akan kreasi, hal ini perlu dilestarikan bukan dimatikan dengan, dengan berbagai wawasan keagamaan yang kurang kaafah (menyeluruh).

Gambaran pemahaman keagamaan yang secara kaafah, sudah banyak dilakukan para wilisongo dalam mengemas model dakwahnya, sebagai mana beliau merubah budaya sesajen, tumpengan, dan menngujubkan, menjadi budaya Selametan, tumpengnya masih, namun yang mengujubkan sudah tidak ada, diganti dengan do’a-do’a, sehingga budaya slametan, tasyakuran, membuat tumpeng, masak engkung membuat kupat, membuat apem, dan berbagai makanan jawa, itu bagian pelestarian budaya jawa yang sudah dikemas, dari yang sebelumnya bernuansa Mitos, Kufur, dan Tabdzir, menjadi kebiasaan dan adat yang Islami.

Ragam dan budaya kegiatan tahun baru Hijriyah, dan Suroan perlu dikemas menjadi kegiatan Islami, yang mengarah kepada kemulyaan yang diberikan Oleh Allah kepada Hamba hamba pilihan, dan para nabi-nabi sebelumnya, peristisa 10 syura atau Muharram yang dialamai para nabi nabi sebelumnya bisa menjadi I’tibar (tauladan), atau Tafa’ulan (pingin seperti yang terjadi) contoh yang terjadi sebagai mana :
Berpuasa, Untuk mendapatkan ampunan dosa-dosa yang terdahulu, dan mendapatkan kemulyaan atas Sykur, dan mensyukuru kenikmatan, sebagai mana kata Nabi Muhammad saw, “saya lebih berhak bersyukur atas kemenangan nabi Musa melawan Fir’aun, maka silahkan kalian berbuapa, saya juga akan berpuasa” (hadits Sohih Bukhori 3397), Berpuasa Juga merupakan kebiasaan Nabi Muhammad dalam beberapa peringatan, seperti peringatan kelahiran, Nabi Muhammad melaksanakan puasa setiap hari senin, dan ketika beliau ditanya, beliau menjawab “Hari senin adalah hari Kelahiranku”, maka ketika masyarakat mengadakan peringatan apa saja, kemudian dengan cara berpuasa, maka sebetulnya itu sudah dicontohkan oleh Rasulullah saw.

Sedekah dan Mengadakan Santunan, ini merupakan budaya orang orang solih terdahulu, disamping juga anjuran Rasulullah saw. Yang mengatakan “Ana Wakafilul Yamini Hakadza” (saya dan penjamin anak yatim seperti ini disurga) sambil mengisyaratkan jari telunjuk dan Jari tengah berdampingan, Hanya saja kegiatan orang-orang solih terdahulu, jika melakukan kebaikan, sodaqoh, dan santunan tidak di pamerkan, tidak di aspos, dan tidak diviralkan, hawatir pahalanya berkurang, sedangan sekarang berbeda, jika tidak dipamerkan khawatir, di su’udzoni, tidak disampaikan, tidak dilaksanakan, juga ada yang beralasan, sebab ini uang orang banyak harus dilaporkan kepada mereka yang menyumbang, maupun pemerintah dst.

Berdo’a Ahir Tahun dan Berdo’a di Awal Tahun, Ini sebetulnya mencontoh Nabi Alloh Adam dan Hawa, juga Nabi Yunus as. Yang selalu berdo’a dan tirakatan, nabi Adam dan Hawa selama 6 bulan, dan Nabi Yunus selama 40 hari, kemudian Allah swt. Menerima Taubatnya dan mengkabulkan hajat dan Do’anya, Muhasabah (introspeksi diri) Nabi Yunus as., dengan Mengatakan : “Robbana Dzalamna Anfusana Wa in lam Taghfir lana lanakunanna minal khasiriin” (Ya Allah aku dzalim kepada diriku sendiri, seandainya aengaku tidak mengampuniku niscaya aku menjadi orang yang sangat merugi), ini semua dilakukan para santri dan kyai-kyai bertujuan, agar taubatnya diterima, do’a-do’anya diterima dan kehidupan tahun mendatang lebih baik, lebih sukses, lebih berkah, dan bermanfaan, sebagai mana peristiwa yang dialami para nabi-nabi sebelumnya.

Adakan Karnaval anak-anak, Menyambut tahun baru Hijriyah dengan mengadakan karnaval anak-anak, disertai penampilan karyaa-karya seni yang dipamerkan, berpakaian budaya jawa, arab, madura, minangkabau, sulawesi dan lain sebagainya, pada dasarnya merupakan ekspresi kegembiraan yang bisa dilakukan oleh siapapun, tujuannya baik, untuk memperkenalkan adat budaya, baik pakaian, maupun karya-karya seni, juga sebagai bentuk Syukur, atas kenikmatan yang diterimanya, berupa panjang umur, bisa menjumpai sampai dengan tahun bartu ini, pada prinsipnya syukur adalah merupakan ungkapan, akspresi, maupun kegiatan yang bernuansa Islami, (tidak melanggar Syariat), sebab makna Syukur adalah menggunakan kenikmatan itu untuk hal yang diridlai oleh pemberi Nikmat (Alloh swt.), Syukur bukan untuk hal yang dilaknat atau maksiat, selama kegiatan bernuansa Islami, Insya’ Allah tetap baik dan bermanfaat, tidak ada dosa dan larangan.

Ngasah Gaman dan Ngumbah Keris, egiatan Asyura ada yang memanfaakan momentum ini untuk melakukan ritual, seperti Ngasah gaman, Menyiapkan Senjata Perang, dan Ngumbah Keris, hal ini merupakan kegiatan yang ingin mendapatkan manfaat Asyura, mengingat peristiwa Asyura yang pernah dialami oleh Nabi-nabi terdahulu seperti, Allah mengembalikan kejayaan dan kerajaan Nabi sulaiman, berkat Asyura, dan Berkah Instrospeksi Nabi Sulaiman atas ahli-ahli sihir, begitu juga kisah nabi Dawun yang diterima Taubatnya, dqan dikembalikan kedigdayaannya dapat melunakkan besi, membuat Paju perang dari besi, membuat senjata dari besi melalui tangannya langsung, ini memang kehabatan Allah yang diberikan epada nabi-nabi pilihan di bulan Asyura ini, sehingga dalam bahasa arabnya disebut Tafaulan (ngalap ketularan).

Tirakatan Mencari Kedigdayaan, momentum Asyura bagi orang-orang husus ada yang dimanfaatkan untuk Tirakatan, Bersemedi, Bertapa, Mengasingkan disri, agar diberikan kekuatan yang lebih dibandingkan umumnya manusia,hal ini juga menggambarkan kisah-kisah Nabi terdahulu yang diberi kedigdayaan oleh Allah dibulan Asyura ini, hal in sangat besar kemungkinan mereka juga mencontoh para nabi-nabi terdahulu, seperti nabi Sulaiman, Nabi Ibrahim, dan Nabi Nuh as., yang diberikan kesuksesan oleh Allah swt., bisamenjadi orang yang ampuh, dan adigdaya.

Hemat kami semua kegiatan masyarakat yang bernuansa peringatan tahun baru Hijriyah, atau Asuroan, apapun bentuknya jia tujuannya untuk kebaikan dan kemaslahatan, maka masih bisa di terima, namun jika kegiatan itu mengandung unsur maksiat hendaklah dicermati, dikritisi, diarahkan dan dituntun menjadi kegiatan yang bernilai Islami, sehingga momentum tahun baru Hijriyah sangat mempunyai makna yang berarti dan bisa mencontoh sejarah, peristiwa-peristiwa terdahulu, yang sangat menginspirasi generasi masa kini.

P E N U T U P
Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan dorongan positif bagi muslim Indonesia yang selalu mengambil momentum Tahun Baru Hijriyah untuk melakukan berbagai kegiatan dan bermacam-macam penampilan maupun budaya lokal, harapan penulis bagi semua kalangan hususnya pemikir, pemerhati dan pembaca untuk dapat memberian saran, kririkan dan koreksi demi kebaikan tulisan-tulisan berikutnya, dan bila ada yang kurang berkenan penulis mohon dimaafkan dan diluruskan. Wallahu A’lam Bis Sawaab..
Penulis, : Dr. H. Romadlon Chotib, M.H. Alumni Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Dosen Universitas Islam Raden Rahmad (UNIRA) Malang.

REFERENSI :
Abul Hasan Ali Bin Muhammadbin Ibrahim bin Umar Al Syaihi, Tafsir Al-Khaziny
Abu Yazid Abdurrahman bin Muhammad Al Tsa’aliby, Tafsir Jawahir al Hisan
Al Baghawy, Tafsir Ma’alim Al-Tanziil
As Syaukani, Tafsir Fathul Qadier
Al Syamarqandy, Tafsir Bahrul Ulum
Badruddin Al Aini Al Hanafy, Umdatu Al Qary Syarh Al Bukhary
Departemen Agama, Al-Qur’an Terjemah
Husain bin Mas’ud Al Farrak Al Baghawi, Tafsir Ma’alim Al Tanziil
Ibnu Asyuur, Tafsir Al Tahrier Wal Tanwier
Ismail Ibnu Katsier, Tafsir Ibnu Katsier
Jalaluddin Al Mahally, Jalaluddin Al Suyuthy, Tafsir Jalalin
Mahmud Al Alusy Abu Al Fadl, Tafsir Ruhu Al Ma’any
Muhammad bin Jarier bin Katsir Abu Ja’far Al Thabary, Tafsir Jami Al Bayan Al Thabari
Naser bin Muhammad bin Ibrahim Al Samarkandy, Tanbihul Ghafiliin
Syihabuddin Mahmud bin Abdullah, al Husaini Al Alusyi, Tafsir Ruhu Al Ma’any