MALANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jawa Timur membuat teknologi irigasi sawah yang diberi nama Smart Sensor Irrigation System. Teknologi ini berfungsi untuk mengukur ketinggian air di ladang, mengukur kelembaban tanah, suhu dan kelembaban udara.

SALAH SATU anggota tim, Syaifulla Amin menjelaskan, teknologi ini akan membantu para petani untuk mengatur proses pengairan di ladang. “Teknologi ini dibuat dengan empat sensor utama yang berfungsi untuk mengukur ketinggian air di ladang, mengukur kelembaban tanah, mengukur suhu dan kelembaban udara. Di samping itu juga bisa menentukan tingkat asam atau basa dari suatu larutan,” jelasnya, belum lama ini.

Dengan informasi ini, masih kata Syaifulla Amin, para petani akan mengetahui secara detail mengenai ladang pertaniannya. “Selain terhubung dengan smartphone para petani, sensor ini juga terhubung pada alat irigasi sawah. Alat tersebut otomatis terbuka dan tertutup sesuai tingkat air yang ada di ladang,” jelas mahasiswa Teknik Elektro angkatan 2019 tersebut,” katanya.
Syaifulla mengakui, ide tersebut berawal dari kebiasaan para petani di daerahnya. Saat terjadi kekeringan, sawah dan ladang yang dekat dengan mata air akan menutup akses air bagi ladang yang jauh. Sementara pada saat curah hujan cukup tinggi, ladang dan sawah yang dekat dengan mata air akan mengalirkan air ke sawah-sawah lain.
“Sistem ini jelas merugikan ladang yang berada jauh dengan mata air. Oleh karena itu saya dan tim memiliki ide untuk menciptakan teknologi Smart Sensor Irrigation System tersebut,” ungkap mahasiswa asal Sumenep tersebut.
Ide ini akhirnya diikutsertakan pada Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) pada bidang Karsa Cipta (KC) dan lolos ke tahap pendanaan Dirjen Dikti pada Mei 2021. Dalam membuat alat tersebut Syaifulla dibantu oleh Izzatul Mas’una dan Amimmatur dari Jurusan Matematika, serta Mufid Zukhruf dari Jurusan Informatika.
Sampai sekarang proses pengembangan teknologi ini berada di tahap pembuatan aplikasi. Menurut Syaifulla, timnya akan mulai membikin prototype alat setelah Ujian Akhir Semester (UAS) berakhir pertengahan Juli ini. “Kami berharap teknologi ini akan membantu masyarakat luas, terutama bagi masyarakat yang mengalami kendala dalam sistem irigasi seperti daerah saya,” tutupnya. (div/mat)