Kuliah Umum di UM : Siapa Yang Berinovasi Akan Bertahan
3 min readMALANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Santri bukan hanya mereka yang menetap di pondok pesantren, melainkan siapa pun yang mendalami agama Islam. Jadi, belajar dan mendalami agama Islam bisa dimana saja. Bisa di pondok pesantren, di kampus, melalui internet, atau di mana saja.

HAL INI diutarakan Rektor Universitas Negeri Malang (UM), Prof. Dr. AH. Rofi’uddin, M.Pd, saat membuka kuliah umum keislaman dengan tema Aktualisasi Nilai-nilai Santri di Era Disrupsi secara hybrid di Aula A20 Gedung Kuliah Bersama dan melalui zoom meeting, Sabtu (30/10/2021) siang.

Kuliah umum yang dihelat dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional tahun 2021 ini dihadiri H. Nadisyah Hosen (Gus Nadir), Dosen Fakultas Hukum Monash University Australia sekaligus Rais Syuriah PCI NU Australia – New Zealand, sebagai pembicara.
“Santri bukan hanya mereka yang menetap di pondok pesantren, melainkan siapa pun yang mendalami agama Islam. Jadi, belajar dan mendalami agama Islam bisa dimana saja. Bisa di pondok pesantren, di kampus, melalui internet, atau di mana saja,” kata Rektor Universitas Negeri Malang (UM), Prof. Dr. AH. Rofi’uddin, M.Pd.
Prof. Dr. AH. Rofi’uddin, M.Pd, menegaskan, ada satu hal yang menarik setiap kali memperingati hari santri, yaitu resolusi jihad fi sabilillah yang digelorakan Kyai Haji Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945 melawan penjajah. “Waktu itu perekonomian kita sedang dijajah dan dikuasai asing,” katanya.
Rektor menambahkan, untuk saat ini, sesuai dengan tema peringatan hari santri 2021 “Aktualisasi Nilai-nilai Santri di Era Disrupsi”, coba kembangkan meneladani sifat Rasulullah SAW, yaitu fathonah. “Secara luas, arti fahonah ini menurut bahasa kita adalah cerdas atau inovasi. Inovasi adalah kata kunci yang harus ditanamkan dalam segala hal, sesuai bidangnya di era disruptif ini. Siapa saja yang tidak melakukan inovasi, baik itu kita pribadi, mahasiswa, dosen, tendik, dan lembaga, pasti akan tertinggal. Oleh karena itu tugas kita sekarang adalah bagaimana mengaktualisasikan inovasi tersebut yang relevan di saat ini,” lanjutnya.
Dalam kuliahnya, Gus Nadir menyampaikan bahwa tantangan santri di era disrupsi ini adalah bagaimana memverifikasi informasi sesuai otoritas keilmuan.
“Kalau dulu jelas siapa pakar dalam suatu bidang ilmu. Tapi melalui media social, siapa pun bisa berbicara. Inilah tantangan kita untuk menyediakan materi keagamaan bagi mereka yang belajar agama melalui internet, karena inilah eranya” ujarnya.
“Singkatnya, dunia berubah begitu cepat. Jadi siapa yang berinovasi dia yang akan bertahan. Sesuai prinsip, kita jaga nilai-nilai lama yang bisa diterapkan di era sekarang, dan mengadopsi nilai-nilai baru yang lebih cocok,” imbuhnya.
Dalam laporannya, Dr. Achmad Sultoni, S.Ag. M.Pd.I, Ketua Pelaksana Peringatan Hari Santri Nasional UM 2021 menyampaikan, bahwa tujuan kegiatan ini untuk menghormati jasa-jasa santri dan ulama terhadap bangsa Indonesia. Selain itu juga untuk mensosialisasikan nilai-nilai kesantrian kepada mahasiswa UM.
“Melalui peringatan ini kita juga bermaksud mensosialisasikan nilai-nilai santri seperti tawadhu, hormat orang tua dan guru, serta cinta kepada negeri, sehingga mahasiswa UM memiliki nilai-nilai santri tersebut. Kegiatan ini diikuti oleh 3.000 mahasiswa yang mengikuti mata kuliah PAI, ” ujarnya. (div/mat)