17 Januari 2025

`

Komisi E DPRD Jatim Khawatir Siswa Keluyuran Setelah Sekolah

2 min read

MALANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Sekolah tatap muka akan dimulai Juli 2021 mendatang. Namun Wakil Ketua Komisi E DPRD Jatim, Hikmah Bafaqih khawatir siswa/siswi SMA/SMK akan keluyuran setelah pulang sekolah. Padahal pandemi COVID-19 belum berakhir.

 

Rombongan Komisi E DPRD Jatim melakukan kunjungan kerja di SMKN 1 Singosari, Kabupaten Malang.

 

“KARENA itu orang tua harus memantau perjalanan anaknya mulai berangkat hingga pulang sekolah,” katanya di sela-sela pertemuan  Komisi E DPRD Jatim dengan guru SMA/SMK Malang Raya di  SMKN 1 Singosari, Kabupaten Malang, Selasa (25/05/2021) sore. Pertemuan ini dihadiri seluruh Kepala Sekolah SMA/SMK Negeri maupun swasta, Kepala Cabang Dinas Pendidikan  Malang, tenaga pendidik, serta  Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK).

Menurut Hikmah Bafaqih, menjelang pelaksanaan sekolah tatap muka, masih ada problem yang perlu menjadi perhatian bersama. “Seperti perjalanan siswa-siswi menuju sekolah hingga pulang. Hal itu menjadi tanggung jawab orang tua untuk tidak dilepas begitu saja. Jangan dianggap ini masa berakhirnya pandemi. Kami khawatir para orang tua beranggapan pandemi sudah berakhir dan mengabaikan anak-anak berangkat dan pulang sekolah. Takutnya, setelah sekolah,  mereka  masih keluyuran. Ini tambah ruwet,” katanya.

Politisi PKB ini menambahkan, di luar protokol kesehatan, sekolah harus  memperhatikan perubahan perilaku yang terjadi pada anak-anak. “Satu tahun lewat tidak sekolah dan belajar daring dengan tinggal di rumah yang penuh gesekan, itu pasti muncul perubahan perilaku. Nah, ini harus direspon,” tandasnya.

Komisi yang membidangi kesra ini menyarankan agar pihak sekolah melakukan assassment secara gradual. Para guru yang memiliki peminatan khusus terhadap konseling, bisa diminta melakukannya. “Assassment perubahan perilaku itu ada portofolionya yang bisa diunduh di internet,” ujarnya.

Sementara itu, Bantuan Operasional Sekolah (BOS) nasional yang direfocusing,  sebagian digunakan untuk persiapan pembelajaran tatap muka (PTM). Dananya dipakai untuk penyediaan kran air cuci tangan hingga alat pengukur suhu tubuh. “Kami yakin persiapan sekolah sudah sangat bagus, karena  BOS yang direfocusing itu sebagian digunakan untuk mempersiapkan proses ini (PTM, red), seperti untuk penyediaan wastafel dan sebagainya,” kata Hikmah Bafaqih. (div/mat)