Kisah Pelajar Gresik yang Ngungsi dari Sudan : Tempuh Perjalanan Laut ke Jeddah 22 Jam
3 min readSURABAYA, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Banyak kisah menarik yang dialami pelajar asal Jawa Timur yang menempuh pendidikan di Sudan ketika dievakuasi. Salah satunya dirasakan Salman Nasrullah Najib, pelajar asal Gresik, Jawa Timur yang sudah menempuh pendidikan empat semester di negeri tersebut. Bagaimana kisahnya? Berikut penuturan Salman kepada Jatim Newsroom yang dikutip tabloidjawatimur.com, sesaat setelah dijemput Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Minggu (30/04/2023) pagi.
SALMAN Nasrullah Najib, menerangkan, proses evakuasi berjalan mulai Jumat (28/04/2023) sore. “Kilas evakuasinya, dari Jumat sore kita dikumpulkan oleh Sekretariat Pengurus Pelajar Indonesia (PPI), yang dapat arahan dari KBRI. Mereka mengabarkan akan ada evakuasi. Karena evakuasi sifatnya mendadak, saya disuruh mengemasi barang cukup satu ransel saja. Artinya, jangan sampai membebani, membuat susah kita sendiri apalagi orang lain,” ucapnya.
Kemudian, pada Sabtu (29/04/2023), lanjut Salman, proses evakuasi diteruskan. Ia bersama warga lain berangkat dari Khartoum menuju Port Sudan, menempuh perjalanan darat yang memakan waktu sekitar 20 jam.
“Pagi hari istirahat sebentar. Malamnya langsung perjalanan jalur laut dari Port Sudan menuju Jeddah, yang memakan waktu sekitar 22 jam. Sesampainya di Jeddah, kita disambut KBRI, KJRI, dan semua tentara Jeddah. Kemudian istirahat di hotel. Lalu dilanjutkan perjalanan melalui jalur udara, dari Jeddah menuju Indonesia,” papar Salman.
Salman mengungkapkan, evakuasi WNI dari Sudan ini terbagi menjadi empat kloter, karena keterbatasan kendaraan dan banyaknya WNI di sana. “Di Sudan, kondisinya masih cukup menegangkan. Masih terdengar suara tembakan atau dentuman ledakan, dan suara tank yang kedengaran sangat jelas. Hal ini membuat toko-toko yang ada di sekitar kita tutup. Bahkan, ketika kita mau beli sesuatu, dilarang. Bahkan penjualnya pun tidak memperbolehkan kita membeli barang lantaran buat stok pribadi mereka,” tukasnya.
Mahasiswa yang sudah belajar empat tahun di Sudan ini mengungkapkan, kegiatan pembelajaran di sana sudah dihentikan, karena konflik tersebut. “Saya akan kembali ke sana insyaallah kalau konfliknya tidak terlalu lama. Kalau konfliknya lama, bahkan bertahun-tahun, wallahu’alam. Rencananya masih dipikirkan oleh pihak kampus dan Ikatan Alumni Sudan (IAS) untuk kelanjutan studi saya. Semoga ada kabar baik,” pungkas Salman.
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, mengatakan, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI), baik di Kota Khartoum, Sudan maupun KBRI di Riyadh, Arab Saudi, mengenai proses evakuasi WNI, khususnya warga Jawa Timur.
“Sudah ada informasi bahwa proses evakuasi berjalan. Saya berkoordinasi dengan KBRI yang ada di Khartoum dan KBRI di Riyadh. Pak Dubes dan Tim KBRI Riyadh sudah standby di Jeddah sampai flight pertama menuju Bandara Soetta, pagi kemarin,” jelasnya.
Gubernur Khofifah berterima kasih kepada TNI dan Kemenlu RI atas kerjasamanya dalam mengevakuasi WNI dari Sudan. “Kita semua sampaikan terima kasih kepada TNI dan Kemenlu RI yang bekerja sangat sigap, cepat, dan protektif dalam mengevakuasi WNI dari konflik di Sudan. Kemudian kami menyambut warga Jawa Timur di Asrama Haji. Warga Jawa Timur yang dievakuasi ada yang sudah dijemput keluarganya di Asrama Haji, ada yang transit ke Kantor Perwakilan Jawa Timur di Jakarta,” tuturnya.
Mantan Menteri Sosial ini menambahkan, kedatangan warga Jatim ini masih kloter pertama. Untuk kloter selanjutnya, Khofifah meminta kepada Kepala Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur, Adhi Karyono, untuk melakukan pengawasan agar evakuasi berjalan lancar. (mat)