17 Mei 2025

`

Ketua BNPT: Media Sosial Paling Diminati Teroris

2 min read
"Terorisme sangat berkepentingan dengan media, terutama media sosial. Dia butuh pengakuan. Menimbulkan ketakutan yang luas melalui media sosial. Dia ingin eksistensinya diakui orang."

MALANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Media sosial paling diminati teroris untuk menunjang eksistensinya. Karena 60 persen penduduk Indonesia merupakan pengguna media sosial. Fan, beberapa di antaranya merupakan remaja.

 

Ketua Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Republik Indonesia, Komjen Pol. Dr. Boy Rafli Amar, MH, melakukan silaturahmi kebangsaan ke Universitas Brawijaya (UB) Malang, Jawa Timur, Rabu (06/07/2022).

 

HAL INI disampaikan Ketua Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Republik Indonesia, Komjen Pol. Dr. Boy Rafli Amar, MH, saat  melakukan silaturahmi kebangsaan ke Universitas Brawijaya (UB) Malang, Jawa Timur, Rabu (06/07/2022).

Komjen Pol. Dr. Boy Rafli Amar, MH, menjelaskan, untuk menunjang eksistensi pelaku terorisme, media sosial menjadi salah satu tempat yang paling sering dimanfaatkan. “Terorisme sangat berkepentingan dengan media, terutama media sosial. Dia butuh pengakuan. Menimbulkan ketakutan yang luas melalui media sosial. Dia ingin eksistensinya diakui orang,” katanya.

Mantan Kadivhumas Polri tersebut menjelaskan, media sosial menjadi salah satu alternatif paling diminati. “Hal ini karena 60 persen dari penduduk Indonesia merupakan pengguna media sosial dan di antaranya merupakan remaja atau generasi muda. Karena itu perlu ditanamkan secara kuat kepada generasi muda,  terutama mahasiswa, tentang   penerapan nilai- nilai Pancasila. Kita berharap generasi muda tidak mengalami disorientasi  terhadap nilai- nilai Pancasila,” tegasnya.

Selain menanamkan nilai- nilai Pancasila, arah kebijakan BNPT adalah meningkatkan moderasi beragama. “Kami mengajak  semua pihak untuk meningkatkan moderasi dalam beragama. Dalam prinsip-prinsip beragama kami bekerjasama dengan organisasi Islam, seperti  Muhammadiyah dan NU, termasuk pemuka agama lain. Kami tidak ingin teroris mengatasnamakan misi agama yang memang sengaja dihembuskan kelompok-kelompok tertentu,” tandasnya.

Boy menambahkan, misi terorisme bukan misi agama. Karena terorisme adalah identitas yang justru merupakan sebuah tindakan pendzoliman terhadap  agama. “Virus intoleransi tidak kalah cepatnya menyebar seperti virus COVID-19. Maka kita memerlukan vaksin terhadap virus intoleransi. Mari kita perkuat wawasan kebangsaan  kita. Kita perkuat program-program moderasi beragama,” ajaknya.

Senada dengan Boy, Wakil Rektor V UB,  Dr. Bambang Susilo, M.Sc. Agr,  menambahkan,  pendidikan muatan lokal di sekolah bisa menjadi model pencegahan terorisme. “Dulu,  sekitar tahun 1981, saya masih duduk di bangku sekolah, sudah mulai muncul radikalisme. Namun saya tidak ikut masuk ke dalamnya, karena saya sukanya sama wayang. Hal-hal yang bermuatan lokal bisa jadi modal untuk mencegah terorisme,” katanya.

Bambang berharap kerjasama UB dengan BNPT tidak hanya sebatas pada pencegahan saja,  tapi sudah ke ranah pendidikan dan penelitian. (div/mat)