Kawal Isu Lingkungan, GMNI Serukan Perkuat Kelembagaan Lokal
2 min readMALANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Malang, membahas konservasi dan penguatan lembaga lokal di Desa Selorejo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu (02/04/2023) siang.

KEGIATAN dalam rangka dies natalis ke-69 GMNI ini, mengundang seluruh stakeholder Pemerintah Desa Selorejo, LANDAK Sabuk Kawi (Lembaga Adat Andalan Konservasi) Desa Selorejo, Kelompok Tani Hutan (KTH) Wonokerto Lestari, perwakilan pemuda, para alumni, pengurus dan kader GMNI Malang, mantan Direktur Utama Perum Jasa Tirta 1, Raymond Valiant Ruritan, serta pegiat konservasi sekaligus alumnus GMNI UPN Veteran Surabaya, Heru.

Ketua pelaksana kegiatan, Priska, menjelaskan, kegiatan ini merupakan rangkaian ketiga langkah advokasi kerakyatan GMNI Malang dalam memulai upaya advokasinya di Desa Selorejo, setelah sebelumnya mengadakan live in (hidup bersama masyarakat), hingga melaksanakan screening kesehatan gratis untuk masyarakat Selorejo.
“Momen dies natalis ke- 69 GMNI ini ingin kami maknai sebagai pengingat marwah gerakan dan perjuangan GMNI sebagai gerakan kerakyatan, yang lahirnya tidak lepas dari harapan rakyat akan kehidupan yang berdaulat, adil, dan makmur. Dengan turba (turun ke bawah) ke masyarakat desa, kami ingin berdampak sekaligus belajar bermasyarakat. Mulai dari memahami kondisi sosial kultural yang ada di desa dan permasalahan yang ada melalui kegiatan live in dan analisis sosial serta serangkaian kegiatan bersama masyarakat Selorejo lainnya,” ungkap Priska.
Terkait konservasi alam, dimulai dengan belajar menanam dan penghijauan para kader GMNI didampingiLembaga LANDAK. Hal ini penting dilakukan karena Desa Selorejo merupakan daerah pegunungan yang juga menjadi salah satu tumpuan hulu mata air yang sangat besar.

Mantan Direktur Utama Perum Jasa Tirta 1, Raymond Valiant Ruritan, menjelaskan, Desa Selorejo merupakan satu peradaban yang sudah sangat tua serta menjelaskan pentingnya menggunakan pisau analisa Marhaenisme sebagai arah gerak dari pengelolaan potensi desa.
“Desa Selorejo merupakan desa yang sangat tua. Indikatornya adalah, dulu sebelum adanya pertanian jeruk, wilayah ini adalah persawahan padi yang berada di ketinggian. Hal tersebut membuktikan memang wilayah ini dari dulu dikenal kaya akan sumber daya air. Sebagai desa yang sangat kaya akan potensi, dalam pengelolaannya juga harus hati-hati. Saya rasa dengan konsep Marhaenisme sebagai pisau analisa untuk memahami potensi desa (dengan paradigma mencintai apa yang kita punya dan memanfaatkan dengan kapital yang dikuasai) akan bisa menjaga serta melestarikan potensi yang ada,” katanya.
GMNI Malang berharap berbagai kegiatan pembuka dalam momen dies natalis ini menjadi langkah kongkret awal dalam upaya gerakan kerakyatan yang diinisiasi oleh GMNI Malang. “Kami berharap ini menjadi pintu pembuka bagi GMNI untuk dalam jangka panjang menjadi mitra dalam hal advokasi kerakyatan sebagai upaya kontribusi kami secara langsung dalam penyelesaian permasalahan masyarakat Desa Selorejo,” tambah Priska. (div/mat)