Ini Tips Agar Anak Tak Takut Divaksin
2 min readMALANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Vaksin COVID-19 untuk anak usia 6 – 11 tahun tak mudah. Beban psikologis mereka tak sama dengan orang dewasa. Karena itu, orang tua harus mempersiapkan mental mereka agar vaksin berlajan lancar. Salah satunya, merubah istilah vaksin dengan imunisasi.
HAL INI disampaikan Dosen Psikologi Universitas Brawijaya (UB), Malang, Jawa Timur, Ari Pratiwi, S.Psi, M.Psi. “Orang tua dapat mempersiapkan semua kebutuhan anak sebelum divaksin agar prosesnya berlajan lancar. Ada banyak tips agar vaksinasi untuk anak berjalan lancar. Salah satunya, vaksin COVID dibahasakan dengan imunisasi,” katanya, Kamis (16/12/2021).
Menurut Ari Pratiwi, dengan memberikan pemahaman sama seperti imunisasi, kondisi psikologis anak tidak akan terlalu resah sebelum menjalani vaksinasi. “Mereka ini kan usia SD. Pada umur ini kan ada beberapa imunisasi yang dilakukan. Dan mereka sudah cukup tahu tentang hal ini,” ucapnya.
Dia menambahkan, pada anak usia 6 – 11 tahun peran orang tua masih besar. Anak- anak akan lebih mudah diberitahu karena orang tua yang sebelumnya sudah menjalani vaksinasi. “Di usia ini kan paling mudah meniru. Jadi kalau orang tua sudah vaksin dan tidak ada gejala KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi), anak tak akan takut,” ungkap alumni Universitas Indonesia (UI) ini.
Dengan role model dari orang tua yang sudah menjalani vaksin, Ari Pratiwi yakin anak akan menjalani dengan senang hati.
Kondisi akan berbeda jika orang tua belum vaksin karena kondisi tertentu yang menyebabkan tak bisa melakukan vaksinasi. Jika ada kondisi ini, Ari Pratiwi menganggap orang tua perlu mengenalkan anak pada virus corona.
“Seandainya tidak tahu corona seperti apa, kenalkan dengan buku edukasi tentang corona. Jelaskan vaksin itu apa, vaksin mampu cegah penyakit sehingga harus disuntik. Berikan hal- hal baik tentang vaksin,” katanya.
Tak hanya itu, menceritakan proses vaksinasi kepada anak melalui dongeng juga bisa dilakukan. “Usia SD yang kecil, seperti kelas 1, 2 atau 3 bisa melalui dongeng atau film kartun. Bisa ceritakan misal kita mau masukkan tentara ini dalam jarum suntik yang nantinya bisa melindungi tubuh,” imbuhnya
Ari menjelaskan, sebelum melakukan vaksinasi, kondisi anak dipastikan nyaman. Jika proses vaksinasi dijalankan bersama teman- teman sekolah, kondisinya akan lebih mudah. “Harus tetap ciptakan suasana yang nyaman. Apalagi kalau vaksinnya ramai- ramai sama temannya. Saat imunisasi mereka juga bersama -sama, antri bersama. Ini akan meredakan stres,” tutur dosen yang juga konselor di layanan konseling mahasiswa UB ini.
Namun yang paling penting menurut Ari adalah pesan dari orang tua sebelum anak menjalani vaksin. “Berikan pesan- pesan seperti pemberani sebelum mereka menjalani vaksin. Dan saat pulang berikan anak- anak reward karena sudah menjalani vaksin,” sambungnya
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) harus diantisipasi sejak awal oleh orang tua. Tingkat kecemasan anak- anak perlu dikurangi. Salah satunya mengurangi informasi tentang KIPI yang menyebabkan meninggal.
Kemudian yang penting adalah meyakinkan anak agar tetap mau menjalani vaksin dosis kedua. (div/mat)