Hindari Gorengan Saat Buka Puasa, Jangan Ngopi Saat Sahur
3 min readMALANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Saat buka puasa, sebaiknya menghindari gorengan dan makanan (takjil) yang manis-manis, karena mengandung karbohidrat simpleks yang kurang baik untuk tubuh. Selain itu juga menghindari konsumsi teh atau kopi saat sahur, karena bersifat diuretik atau memicu keinginan untuk buang air secara terus-menerus. Hal itu membuat tubuh rawan dehidrasi.
SARAN baik ini disampaikan dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jawa Timur, dr. S. Khanza Zatalini, Jumat (08/04/2022) siang.
Agar nutrisi tetap seimbang di bulan Ramadhan, dia menyarankan masyarakat memperhatikan asupan nutrisi saat sahur maupun buka. “Ketika sahur, tubuh memerlukan makanan yang lama dicerna oleh tubuh agar merasa kenyang lebih lama, seperti karbohidrat kompleks. Beberapa makanan yang mengandung karbohidrat kompleks adalah kentang, pisang, beras merah, ubi-ubian, serta sayur-sayuran,” jelas dr. S. Khanza Zatalini.
Selain itu tubuh juga membutuhkan makanan tinggi protein yang membuat kenyang lebih lama. Seperti tempe, tahu, daging ayam, maupun ikan. Jangan lupa untuk memenuhi kebutuhan air. Disarankan agar masyarakat menghindari konsumsi teh atau kopi saat sahur. “Karena dua minuman ini bersifat diuretik atau memicu keinginan untuk buang air secara terus- menerus. Hal itu membuat tubuh rawan dehidrasi,” terangnya.
Untuk berbuka puasa, Khanza Zatalini menyarankan agar masyarakat yang puasa mendahulukan makan kurma dan minum air putih. Hal tersebut akan membantu tubuh dalam memenuhi kebutuhan glukosa dan air tanpa membuat tubuh terbebani. Setelah itu dilanjutkan dengan makan nasi dan sayuran sehabis menunaikan ibadah solat magrib. “Untuk menghindari peningkatan asam lambung saat berbuka, sebaiknya mengurangi makanan pedas, kopi, dan makanan tinggi garam seperti gorengan serta makanan bersantan,” sarannya.
Dia menambahkan, saat buka puasa, sebaiknya menghindari gorengan dan makanan (takjil) yang manis-manis, karena mengandung karbohidrat simpleks yang kurang baik untuk tubuh. Sebab, glukosa yang masuk ke dalam tubuh akan menumpuk di pembuluh darah dan meningkatkan kadar gula dalam darah. Jika asupan gula darah meningkat, akan menimbulkan penumpukan lemak.
Kondisinya makin tak baik ketika pada malam hari (setelah buka puasa) masih ditambah dengan makan malam. Padahal pada malam hari tidak ada aktivitas yang mengeluarkan energi berat. Bila sudah begini tak heran jika setelah puasa Ramadhan, banyak orang yang mengalami kelebihan berat badan.
“Ketika ngabuburit menunggu buka puasa, biasanya masyarakat Indonesia akan membeli gorengan maupun takjil yang manis-manis. Padahal makanan dan minuman tersebut mengandung karbohidrat simpleks yang kurang baik untuk tubuh. Karbohidrat simpleks sangat mudah diserap tubuh. Namun karena tidak ada aktivitas yang mengeluarkan energi berat di malam hari, sehingga glukosa dalam makanan tidak diolah menjadi energi. Akibatnya, glukosa yang masuk ke dalam tubuh akan menumpuk di pembuluh darah dan meningkatkan kadar gula dalam darah. Jika asupan gula darah meningkat, maka akan menimbulkan penumpukan lemak,” jelasnya.
Padahal, masih kata dr. Khanza, puasa sebenarnya sangat menguntungkan, karena tubuh dapat memecah lemak secara alami. “Namun yang terjadi, setelah puasa berat badannya malah naik. Ini terjadi karena asupan makanan yang berlebih saat buka puasa dan di malam hari,” ujarnya.
Khanza Zatalini menjelaskan, ada beberapa tahapan yang dilakukan tubuh untuk memperoleh energi. “Tubuh kita menggunakan gula sebagai sumber energi. Jadi, zat pertama yang akan dipecah tubuh untuk memperoleh energi adalah gula darah atau yang biasa disebut glukosa. Setelah kadar glukosa habis maka tubuh akan memecah glikogen. Namun saat puasa, asupan makanan kita menjadi sedikit. Oleh karenanya, glukosa dan glikogen akan cepat dipecah oleh tubuh. Setelah glukosa dan glikogen habis, tubuh akan mulai memecah lemak sebagai sumber energi,” terangnya. (div/mat)