Hawa Panas Akan Berlangsung Hingga Oktober 2024
2 min readMALANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Hawa panas yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini disebabkan pertumbuhan awan yang sangat minim. Awan yang ada sangat sedikit, sehingga sinar matahari langsung mengenai permukaan kulit manusia tanpa ada halangan apa pun. Hawa panas ini akan berlangsung hingga Oktober 2024.
HAL INI disampaikan Prof. Drs. Ir. Adi Susilo, M.Si., Ph. D, Guru Besar Geofisika Universitas Brawijaya (UB), Malang, Jawa Timur, melalui pers rilis, Selasa (27/05/2024) siang
“Fenomena panas yang terjadi akhir-akhir ini disebabkan pertumbuhan awan yang sangat minim, di mana awan yang ada sangat sedikit, sehingga sinar matahari langsung mengenai permukaan kulit manusia tanpa ada halangan apapun. Hal ini berlangsung cukup lama, hingga Oktober. Tapi bukan berarti di musim panas ini anomali iklim El Nino ini tidak ada hujan. Tetap ada potensi terjadi hujan, namun bukan hujan yang bisa menyebabkan banjir atau sebagainya,” katanya.
Prof. Adi Susilo menambahkan, dampak panas yang terjadi di Indonesia ini, dari sudut pandang kehidupan, panasnya sangat menyengat, sehingga tidak sehat untuk kesehatan atau untuk beraktifitas di luar. “Karena itu, jika ingin keluar ruangan, usahakan menggunakan baju berlengan, hindari memakai baju berwarna gelap atau hitam, karena menyerap panas, yang mengakibatkan panas terperangkap di dalam dan membuat keringat keluar lebih mudah, mengakibatkan dehidrasi. Lalu siapkan payung atau topi untuk menghindari paparan langsung sinar matahari,” sarannya.
Cuaca panas yang extreme tengah melanda negara-negara di ASEAN belakangan ini, suhu di beberapa negara asia meningkat drastis terutama daerah-daerah perkotaan sangat merasakan dampaknya.
Adi Susilo menjelaskan, pada akhir April, suhu di Kota Manila, Filipina, menyentuh 38,8 derajat Celsius. Pada 22 April, suhu di Bangladesh, 43 derajat celsius yang mengakibatkan pemerintah menutup sekolah-sekolah dasar di sana. Di Laos, suhu udara mencapai 43,2 derajat celsius. Di Thailand, sebanyak 61 orang tewas akibat heatstroke yang ditimbulkan karena suhu panas yang menyentuh angka 52 derajat celcius.
Badan Meteorogi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan, cuaca panas yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh peralihan musim dari musim penghujan menuju musim kemarau. Suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia merupakan fenomena akibat adanya gerak semu matahari yang merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun. “Sehingga potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya,” urainya. (div/mat)