Happy Dwi Arifianti, Wasit Bulutangkis Yang Imut Namun Tegas dan Berani
3 min readMALANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Namanya Happy Dwi Arifianti. Umurnya baru 19 tahun. Tepatnya lahir 1 Januari 2004. Meski masih belia, tapi dia sudah memimpin sejumlah pertandingan kejuaraan bulutangkis. Salah satu pertandingan bergengsi yang pernah dipimpinnya adalah cabang olahraga bulutangkis pada Pekan Olahraga Wartawan Nasional (Porwanas) di GOR Unggul, Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur, November 2022 lalu.
SEBELUMNYA, gadis imut ini juga sudah pernah menjadi wasit di berbagai event, seperti di kejuaraan bulutangkis antar dosen dalam rangka Dies Natalis Universitas Negeri Malang (UM) beberapa waktu lalu. Terakhir, Happy menjadi wasit dalam Kejuaraan Bulutangkis Piala Ketua PBSI Kabupaten Malang di GOR Golkar, Pakisaji, Kabupaten Malang, 27 Pebruari – 4 Maret 2023.
Bukan tanpa alasan PBSI menunjuknya sebagai wasit. Sebab, gadis ini sudah punya lisensi wasit meski baru sekelas Malang. “Saya baru dapat lisensi wasit tahun 2022 lalu dari Kota Malang,” kata salah satu di antara 6 wasit yang diterjunkan dalam Kejuaraan Bulutangkis Piala Ketua PBSI Kabupaten Malang di GOR Golkar, Pakisaji, Kabupaten Malang, 27 Pebruari – 4 Maret 2023 ini, beberapa waktu lalu.
Dari sekian kali menjadi wasit dalam sejumlah kejuaraan bulutangkis, menurut Happy, yang paling berkesan saat dia menjadi wasit di turnamen antar dosen di UM, beberapa waktu lalu. “Karena waktu saya jadi wasit, ada dosen yang meninggal dunia di lapangan. Posisinya pas di depan saya, setelah dia minta ganti shuttlecock,” ujarnya.
Happy menceritakan, saat itu —dia lupa waktunya secara pasti— dia menjadi wasit. Awalnya permainan yang mempertandingkan kategori ganda veteran, berjalan normal. Para pemain pun bermain wajar-wajar saja. Tak ada tanda-tanda yang mencurigakan. “Namun, saat salah seorang pemain minta ganti shuttlecock, lalu berjalan ke tengah lapangan, di dekat net, tiba-tiba orang itu jatuh dan terdiam. Saya, sebagai wasit, tak bisa apa-apa. Karena saya memang harus berada di atas kursi wasit. Jadi saya hanya diam saja,” jelasnya.
Lalu orang itu mendapat pertolongan medis sementara sebelum akhirnya dibawa ke rumah sakit. “Dari kabar yang saya didapat, ternyata orang itu meinggal dunia. Inilah pertandingan yang sangat berkesan selama saya menjadi wasit. Kalau kejuaraan yang paling besar yang pernah saya pimpin, ya ketika menjadi wasit di Porwanas tahun 2022 kemarin. Itu event terbesar bagi saya,” akunya.
Happy memang masih muda. Usianya baru 19 tahun. Pengalamannya menjadi wasit di kejuaraan bulutangkis resmi pun belum banyak. Namun bicara soal ketegasan, jangan diragukan lagi. Buktinya, saat memimpin pertandingan antara Brio Dwi Agustino/Akbar Gusti Ramadhani (PB Bima) melawan Ego Fanata/Wibisono (Perumda) di Kejuaraan Bulutangkis Piala Ketua PBSI Kabupaten Malang, Jawa Timur di GOR Golkar, Pakisaji, Kamis (02/03/2023) malam, Happy bertindak tegas. Ego Fanata yang dianggap melakukan kesalahan fatal, dikartu merah.
Wasit perempuan yang tinggal di Jl. Raya Jeru, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang ini pun bertekad terus meniti karirnya. Dia pun terus belajar, menimba ilmu sebagai wasit dan mencari pengalaman sebanyak-banyaknya, dengan harapan suatu saat dapat tembus menjadi wasit internasional berlisensi BWF (Badminton World Federation) yang menjadi kebanggaan Indonesia. (iko/mat)