Guru SDN Model Malang, Gunakan Wayang Sebagai Media Belajar
2 min readMinimnya antusias siswanya saat proses belajar mengajar keanekaragaman kerajinan nusantara —salah satunya wayang— membuat sedih guru kelas 5 SDN Model Malang, Silfana Deniati, S.Pd. Tidak ingin terus tenggelam dalam kesedihan, perempuan kelahiran Malang 1984 ini pun terus bereksplorasi guna menemukan inovasi dalam penyampaian materi yang diajarkannya.

Anggapan peserta didiknya bahwa wayang merupakan sebuah permainan kuno, kolot dan jauh dari teknologi merupakan tantangan sekaligus hambatan yang harus dilalui pendidik yang mengawali karirnya sebagai Guru Tidak Tetap (GTT) pada tahun 2007 silam itu.
Silfana yang merupakan lulusan Universitas Negeri Malang jurusan Pendidikan Biologi tahun 2006 ini akhirnya memutuskan untuk mengajak peserta didiknya bermain wayang. Himbauan agar siswanya membawa wayang disambut antusias.
”Mengikis image wayang kuno, kolot dan tidak canggih merupakan tantangan tersendiri buat saya. Namun setelah anak- anak turut serta bermain wayang, mereka kini tidak ingin wayangnya dibawa pulang. Mereka selalu memainkan wayang kala istirahat, ” kata Silfana, beberapa waktu lalu.
Silfana menambahkan, dirinya terus memberikan pemahaman pada anak didiknya bahwa wayang tidak selalu identik dengan kuno. Justru wayang dapat digunakan sebagai media yang menyenangkan dan lucu.
Pendidik yang telah diangkat menjadi PNS pada 2014 lalu ini mengatakan, wayang dapat juga digunakan sebagai media pembelajaran materi – materi lainnya. “Yang lebih menarik, manakala siswa diajak secara aktif memainkan wayang, proses belajar mengajar dapat berjalan dengan menyenangkan, penyerapan materi pengajaran pun dapat maksimal diterima anak didik,” jelasnya.
Silfana berharap, dengan metode pembelajaran yang dilakukannya ini, peserta didik dapat mengenal budayanya serta tidak hanyut dalam arus permaianan modern semata. Sehingga lambat laun, anak didik mencintai budayanya sendiri, termasuk salah satunya wayang.
Kepala SDN Model Malang, Suparti, S.Pd, M.Pd mengapresiasi kreasi serta inovasi yang dilakukan gurunya. Menurutnya, perkembangan jaman yang semakin dinamis, harus diiringi dengan pengembangan diri, sehingga guru dapat menemukan model pembelajaran yang tepat sasaran.
”Kompetensi pendidik, utamanya dalam sisi inovasi dan kreasi, diuji manakala siswa tidak merespon materi pembelajaran yang disampaikan. Kepekaan dan tanggap dalam membaca situasi sangat diperlukan seorang pendidik, yang pada akhirnya pendidik mencari solusi atas keadaan yang ada, ” tutur Suparti.
Suparti menambahkan, solusi yang kreatif dan inovatif pada akhirnya akan menumbuhkan motivasi pada siswa untuk rajin belajar, karena mereka menganggap belajar sangat menyenangkan. Dengan demikian pembelajaran yang dilakukan akan sangat bermakna.* (diknas.malangkota.go.id)