Dosen UB – Peternak Budidaya Ulat Hongkong Untuk Pakan Ikan
2 min readMALANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Desa Senggreng, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang, Jawa Timur, punya potensi sumber daya alam luar biasa. Salah satunya perikanan air tawar, karena desa ini berdekatan dengan Bendungan Sutami (Karangkates). Namun hasilnya belum optimal karena terbentur harga pakan yang mahal.

UNTUK mengatasinya, Tim Doktor Mengabdi dari Universitas Brawijaya (UB) Malang, Jawa Timur, berkolaborasi dengan praktisi serta sejumlah mahasiswa, membantu peternak ikan membuatkan pakan ikan dari ulat hongkong.
Tim Doktor Mengabdi ini diketuai Prof. Dr. Ir. Happy Nursyam, MS. Anggotanya terdiri dari Retno Tri Astuti dan Hefti Salis Yufidasari, S.Pi., MP, (Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Fakultas Peternakan), Wike Andre Septian, S.Pt, M.Si (Fakiltas Peternakan), dan Deny Meitasari, SP, M.Sc, (Fakultas Pertanian).

Mereka menginisiasi budidaya ulat hongkong sebagai pakan alternatif ikan budidaya di Kelompok Masyarakat Sumber Duren. “Para mahasiswa berkolaborasi dengan masyarakat dalam menggali potensi wisata desa serta menemukan solusi dari permasalahan yang ada, “ ujar Reghita Dwi Farikhah, perwakilan mahasiswa, Rabu (31/08/2022).
Selain itu, tim mahasiswa juga terlibat dalam proses budidaya ulat hongkong bersama anggota kelompok masyarakat. “Selama ini ikan-ikan di bendungan mendapatkan makanan dari alam saja. Ini menyebabkan pertumbuhan ikan tidak pesat dan daging ikan sedikit. Pakan alami dipilih karena menurut masyarakat pakan ikan cenderung mahal, ” terang Nur Ali, salah satu pengelola tempat wisata pemancingan.
Menurut salah satu mahasisewa, Happy, tujuan kegiatan ini untuk meningkatkan ekonomi selama dan setelah pandemi COVID-19 dengan mengoptimalkan budidaya ikan. Pakannya, menggunakan ulat hongkong.
Reghita menjelaskan, pembinaan dimulai dengan pembuatan kandang dan inisiasi budidaya. Perawatan ulat dilakukan secara rutin dan teratur sejak fase telur hingga kepik sebagai indukan. Tim mahasiswa dan anggota kelompok masyarakat (pokmas) bekerjasama memelihara ulat hongkong meskipun beberapa hama sempat mengganggu di masa-masa awal budidaya.
“Semoga ulat hongkong sebagai pakan alternative ikan mampu meningkatkan nilai gizi ikan. Nantinya akan ada pengembangan dari ulat hongkong sebagai pakan secara bertahap dan akan dilakukan monitoring secara berkelanjutan terhadap pembudidayaan ulat, ” pungkas Naufal, koordinator tim mahasiswa. (div/mat)