26 Maret 2025

`

Dosen FEB UMM Latih Ibu RT Mulyoagung Olah Sampah

2 min read

MALANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) memberikan pengetahuan tentang pengolahan sampah rumah tangga dengan menggelar pelatihan “Gerakan Produktif Pemanfaatan Sampah Rumah Tangga Melalui Eco-Enzym” di Desa Mulyoagung, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur, belum lama ini.

 

Dosen FEB UMM, narasumber dan ibu-ibu PKK Desa Mulyoagung, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur, yang mengikuti pelatihan Gerakan Produktif Pemanfaatan Sampah Rumah Tangga Melalui Eco-Enzym.

 

AKTIVITAS pengabdian masyarakat itu diinisiasi Dra. Dwi Susilowati, MSi., Venus Kusuawardhana, SE, MM, dan Dhurotus Sangadah, SE., MM. Mereka bertiga menggandeng kelompok Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) desa setempat sebagai mitra.

Dwi menjelaskan,  bahwa pelatihan dihadiri puluhan peserta dari kalangan ibu-ibu. Narasumbernya mereka yang sudah ahli dan berpengalaman dalam bidang pengembangan eco-enzym. “Kami sengaja mengangkat eco-enzym karena berawal dari keprihatinan akan semakin rusaknya lingkungan,” jelas  Dwi Susilowati Sabtu (26/06/2021).

Ia menegaskan, kegiatan ini bertujuan untuk menambah wawasan dan  pengalaman baru, utamanya ibu-ibu PKK Desa Mulyoagung. Ia  berharap agar apa yang didapat di agenda ini bisa disebarluaskan ke masyarakat lain sehingga manfaatnya bisa dirasakan di seluruh lapisan.

Dhurotus Sangadah, salah satu pemateri memaparkan, limbah rumah tangga bisa dimanfaatkan dengan baik melalui eco-enzym. Jika dilihat dari aspek ekonomi, bahan ini dapat menekan dan menghemat pengeluaran rumah tangga. Hal itu tidak lepas dari kegunaannya sebagai pengganti handsanitizer, sabun mandi, sabun cuci piring, bahkan  pupuk alami.

Sementara itu, pemateri lainnya, Gung Endah menerangkan cara membuat eco-enzym dengan bahan-bahan yang mudah didapat. Beberapa di antaranya adalah sayur-sayuran, buah-buahan, air gula merah dan tetes tebu atau molase. Adapun persentase  bahan itu terdiri dari tiga liter sayur dan buah, satu liter gula merah dan tetes tebu, dan yang terakhir adalah sepuluh liter air.

Menariknya, pada pelatihan itu,  para peserta tidak hanya menerima gambaran teori, tapi juga langsung praktek membuat eco-enzym dengan bimbingan para pemateri. “Proses yang digunakan dari bahan mentah menjadi eco-enzym memakan waktu sekitar tiga bulan. Setelah itu, bahan ini sudah bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari,” ungkap Gung Endah. (div/mat)