12 Mei 2025

`

Dibantu Modal Usaha Perum Jasa Tirta I, Petani Kopi Ngantang Berkembang

3 min read

MALANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Keberadaan Kopi Selo Parang hasil inovasi Siswanto (50), warga Dusun Gagar, Desa Tulungrejo, RT 17/RW 07, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, tak lepas dari binaan Perum Jasa Tirta I yang berkantor di Jl. Surabaya, Kota Malang.

Direktur Operasional Perum Jasa Tirta I, Milfan Rantawi, menikmati kopi hasil racikan Siswanto (50), warga Dusun Gagar, Desa Tulungrejo, RT 17/RW 07, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (10/06/2023) siang.

DIREKTUR Operasional Perum Jasa Tirta I, Milfan Rantawi, mengapresiasi kemandirian pelaku UMKM binaannya ini. Sebab, dengan berkembangnya UMKM, otomatis roda perekonomian berjalan dengan baik, tingkat kesejahteraan masyarakat juga meningkat.

“Kami apresiasi keteguhan pelaku UMKM. Kopi Selo Parang milik Pak Siswanto ini memang patut disupport. Dengan kemandirian yang dilakukan, akan bisa menduplikasikan ke pelaku-pelaku usaha lainnya. Bahkan dengan kreasinya bisa membuat naik kelas,” terangnya, saat meninjau gerai kopi milik Siswanto, Sabtu (10/06/2023) siang.

Direktur Operasional Perum Jasa Tirta I, Milfan Rantawi, meninjau gerai kopi milik Siswanto (50), warga Dusun Gagar, Desa Tulungrejo, RT 17/RW 07, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (10/06/2023) siang.

Milfan Rantawi menambahkan, salah satu tugas Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah mendorong pelaku usaha agar terus berkembang. Salah satu yang dilakukan adalah memfalitasi pemasaran, seperti mengikuti expo. Hal ini akan menyemangati pelaku UMKM, sehingga mereka dapat berkembang untuk menembus beragam kelas pasar.

“Setiap tahun kami selalu memberikan slot untuk pelaku usaha. Namun mulai tahun 2022, semuanya dalam pengelolaan BRI. Dan hingga saat ini telah ada sakitar 400 UMKM yang menjadi binaan, tersebar di berbagai wilayah kerja Perum Jasa Tirta I,” pungkasnya.

Akhmad Taufiq, mantan Camat Ngantang bersama petani kopi di Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, beberapa waktu lalu.

Siswanto (50), warga Dusun Gagar, Desa Tulungrejo, RT 17/RW 07, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, menemukan sejumlah varian kopi. Ini setelah dia mencoba beragam model pembuatan kopi.

Ditemui di rumahnya yang juga jadi gerai kopi, Siswanto mengisahkan perjuangannya mengolah biji kopi bersama istrinya, Yetik Ratna Ningsih, hingga menemukan bubuk kopi murni yang diberi nama Selo Parang, yang berarti batu tebing.

Pasutri dengan satu anak ini menjelaskan awal mula berbisnis kopi. Sambil sesekali menyeduh kopi hasil racikannya, Siswanto menceritakan suka duka bergelut di bisnis minuman kopi. Banyak halangan dan rintangan yang dihadapi sebelum akhirnya sukses dengan cita rasa kopi yang diharapkan seperti saat ini.

“Saya mulai menanam kopi sekitar tahun 2019 di atas lahan seluas kurang lebih 2 hektar. Setelah usia sekitar 2 tahun, mulai berbuah dan bisa dipanen. Dalam menanam kopi, tidak dalam satu usia yang sama, sehingga panennya bisa berkelanjutan,” terang Siswanto, ditemui di rumahnya, Sabtu (10/06/2023) siang.

Namun hasil panen tidak selalu seperti yang diharapkan. Dan hal itulah yang menjadikan dirinya terus berfikir dan belajar. Ternyata, dari pembelajaran dan kreasinya, malah menghasilkan kopi seperti yang diinginkan. Inovasi itu terus dilakukan hingga menghasilkan cita rasa kopi yang khas dan digemari masyarakat luas.

“Panen pertama hasilnya kurang memuaskan. Biji kopinya kecil-kecil. Karena itu saya dan teman- teman berfikir untuk menaman beragam jenis kopi. Bahkan mengkloning kopi dengan jenis kopi lain,” katanya seraya menambahkan untuk hasil kopi dengan cira rasa khas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Mulai pemilihan biji kopi, metode pengeringan, sampai proses sangrai atau penggorengan.

Pada sekitar tahun 2021, ia komunikasi dengan Perum Jasa Tirta I dalam hal pinjaman permodalan. Bahkan ia menjadi binaan BUMN yang bergerak dalam pengelolaan sumber daya air sungai ini. Bantuan pinjaman itu kemudian dimanfaatkan dengan baik, diwujudkan dalam bentuk mesin sangrai kopi.

“Banyak metode memasak kopi yang kami lakukan. Setiap hasil kami coba rasanya. Ketika belum menemukan cita rasa yang pas, kami ulang dengan modifikasi dan SOP tertentu, hingga hasilnya sudah bisa dinikmati. Kami bersyukur dapat bantuan dari Jasa Tirta, karena sangat membantu dalam percepatan produksi. Bahkan disuport juga dalam metode pemasaran,” imbuhnya.

Istrinya, Yetik Ratna Ningsih, sangat mendukung tekadnya berbisnis kopi. Terlebih dapat bantuan dari Jasa Tirta yang diwujudkan mesin sangrai. “Dengan adanya mesin sangria ini, penggorengan jauh lebih cepat. Tenaganya pun ekonomis dan terbantu. Kalau dengan mesin, untuk sekitar 6 kg kopi, membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Setiap hari mampu sangrai sekitar 50 kilogram. Dan akhirnya saat ini malah bisa melayani jasa sangrai dari masyarakat. Mulai kopi murni hingga campuran, kedelai, dan kacang,” jelasnya.

Saat ini, sejumlah varian kopi telah berhasil dikembangkan. Mulai kopi robusta fermentasi, kopi lanang, kopi Arabica, dan kopi exelsa. Harganya bervariasi, mulai Rp 120 ribu hingga di atas Rp 200 ribu per kilogram.

Pasutri ini berharap Jasa Tirta bisa mensupport lagi sehingga usahanya terus berkembang dan makin diminati masyarakat luas. Kini, pemasaran kopinya telah merambah di berbagai daerah di Malang Raya serta luar daerah. (aji/mat)