BMKG : Gempa Dahsyat Mengancam Malang Selatan
2 min readMALANG, TABLOIDJAWATIMUR. COM – Kepala Stasiun Geofisika (Kasgeof) BMKG Karangkates, Sumberpucung, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Musripan mengingatkan, Kabupaten Malang bagian selatan mempunyai potensi tinggi terjadinya gempa bumi dalam skala besar. Karena itu masyarakat harus waspada.


PERINGATAN ini disampaikan setelah gempa besar dengan skala 7 SR (Skala Richter) terjadi di Lombok Utara, Nusa Tengara Barat, Minggu (05/08/2018). Menurut Musripan, wilayah Samudera Hindia atau pesisir selatan Indonesia, mempunyai potensi tinggi terjadinya gempa bumi dengan skala cukup besar. Karena dasar Samudera Hindia merupakan pertemuan antara lempeng Australia dan Eurasia.
“Dari catatan sejarah, kita pernah mengalami gempa bumi dengan skala cukup besar, seperti di Banyuwangi beberapa waktu lalu. Khusus untuk Kabupaten Malang, dari rekaman alat milik kami, sering terjadi rentetan gempa meski dalam skala kecil, namun intensitasnya cukup sering. Hal ini membuktikan bahwa di Kabupaten Malang memiliki potensi terjadi gempa dengan skala yang signifikan,” Musripan, Senin (06/08/2018).
Menurut Musripan, di wilayah selatan Kabupaten Malang, terdapat zona subduksi, yakni tempat terbentuknya deretan gunung berapi dan gempa bumi. “Zona itu berjarak antara 50 sampai 100 km dari bibir pantai. Gempa bumi yang terjadi di zona subduksi adalah gempa bumi yang paling ditakutkan,” ungkapnya.
Sayang, sampai saat ini, belum ada alat atau teknologi yang bisa memprediksi kapan terjadinya gempa itu. “Potensi tinggi memang ada. Tapi kapan terjadinya? Itu belum bisa diketahui. Kami hanya menghimbau kepada masyarakat, khususnya di Malang Selatan, agar senantiasa waspada. Mereka harus paham bahwa mereka bertempat tinggal dengan potensi gempa yang cukup besar. Namun tidak usah takut atau panik, namun tetap waspada,” himbau Musripan.
Lebih lanjut, Musripan menjelaskan, sebenarnya gempa bumi adalah fenomena alam biasa. “Kalau gempa buminya sendiri bukanlah bencana. Tapi efek yang ditimbulkan itu yang sering memakan banyak korban. Untuk mengantisipasinya, bentuk bangunan harus disesuaikan dengan standar di daerah rawan gempa. Dan yang paling penting adalah penyadaran masyarakat yang tinggal di daerah gempa,” papar Musripan.
Menurutnya, masyarakat harus sadar tindakan apa yang harus ambil jika terjadi gempa dan langkah penyelamatan seperti apa yang harus diambil oleh warga. “Itu yang harus dipahami oleh masyarkat. Jika ada gempa, apa yang harus dilakukan, dan masyarakat harus sadar jika berada di jalur gempa. Jadi, ketika terjadi gempa, sudah tidak perlu panik. Jika panik, justru semakin tidak terkendali,” tegasnya.
Secara terpisah, Sekretaris BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Malang, Bagyo Setiono, memaparkan, dengan kondisi potensi gempa yang dimiliki Kabupaten Malang, pihaknya sudah sejak 2011 silam melakukan sosialisasi. “Sudah sejak 2011 lalu kita gencar lakukan sosialisasi. Dengan muspika setempat kita beri pemahaman kepada warga, apa yang harus dilakukan jika terjadi gempa bumi,” terangnya.
Namun pria yang akrab disapa Walet ini menambahkan, dengan kondisi wilayah yang berpotensi terjadi gempa, banyak bangunan yang dibangun dan rumah warga yang tidak sesuai kontruksi jika terjadi gempa.
“Ketika mereka mengetahui bahwa daerahnya berpotensi gempa, baru mereka menyadarinya. Tapi mau bagaimana lagi, bangunan sudah berdiri. Yang terpenting adalah bagaimana caranya memberi penyadaran masyarakat jika terjadi gempa. Karena jika terjadi gempa, merekalah yang bisa menyelamatkan dirinya sendiri,” pungkas Bagyo. (diy)