Berkat Ganyong, Tempe, dan Bekatul, Mahasiswa FTP UB Goncang Dunia
2 min readMALANG, TABLOIDJAWATIMUR. COM – Dengan mengusung Yuki, Yummy Cookie berbahan tepung ganyong, tempe, dan campuran bekatul guna mengatasi kelaparan dan malnutrisi, lima mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (FTP – UB) berhasil harumkan Indonesia.

HAL INI menyusul prestasinya sebagai finalis kompetisi pangan dunia The International Union of Food Science and Technology (IUFoST) Product Development Competition 2018. Perhelatan tersebut digelar di CIDCO Exhibition Centre, Mumbai, India (23-27/10.2018) mendatang.
The International Union of Food Science and Technology (IUFoST) Product Development Competition 2018 merupakan kompetisi ilmiah dua tahunan tingkat dunia di bidang pengembangan produk pangan.
Kelima mahasiwa tersebut, Ngesti Ekaning Asih, Af’idatul Lutfita Shofiatur Rizka, Susi Wardani, Nur Afida Nuzula dan Lusia Kartika Ratri. Mereka mahasiswa jurusan Teknologi Hasil Pertanian FTP Universitas Brawijaya, angkatan 2015.

Ngesti dan tim dari FTP Universitas Brawijaya berhasil menyisihkan 3.000 kontestan lain, dari 70 negara dan maju sebagai finalis bersama delapan tim lainnya, dari China, Amerika Serikat, Brazil, India, Uganda, Kenya, United Kingdom dan Perancis.
Yuki, Yummy Cookie merupakan biskuit berbahan dasar tempe, bekatul, dan tepung ganyong (canna edulis) yang kaya protein, kalori, serta serat. Data FAO (Badan Pangan Internasional di bawah PBB) menunjukkan, terdapat 124 juta manusia di dunia yang terancam kelaparan sepanjang 2017.

“Data menunjukkan, kenaikan jumlah manusia terancam kelaparan setiap tahunnya. Selain itu, FAO memperkirakan terdapat 19.4 juta penduduk Indonesia menderita kekurangan gizi sepanjang 2014 – 2016. Salah satu bahan dasarnya adalah tempe, yang merupakan komoditas yang banyak dijumpai di daerah Trenggalek, Nganjuk, dan Blitar. Jika biasanya hanya digoreng, kami olah sebagai cookies, dengan penambahan tepung ganyong dan bekatul untuk memperkaya nutrisinya,” tutur Ngesti Ekaning Asih, ketua tim, Minggu (10/06/2018).
Ia melanjutkan, pemilihan sajian cookies dipilih, selain karena bentuknya unik dan praktis, juga memperpanjang umur simpan. Selain itu tampilan packaging (kemasan) yang lebih menarik. Selama ini mereka dibimbing Wenny Bekti Sunarharum, STP. M.Food.St. Ph.D.
“Proses pembuatan relatif sederhana. Setelah tempe, bekatul, dan ganyong mengalami proses pengeringan dan penepungan, selanjutnya tinggal ditambah telor maupun bahan-bahan lain untuk diolah seperti pembuatan cookies. Selain mengoptimalkan pengolahan komoditas lokal, inovasi kami bermanfaat bagi penderita autis. Terutama mengatasi wabah kelaparan dunia karena tinggi kandungan kalorinya,” lanjutnya. (ide)