Berbekal Sering Hunting Foto dan Kuasai Elektronik, Pemuda Ini Sukses Tekuni Servis Kamera
2 min readJOMBANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Banyaknya pencinta fotografi, khususnya di kalangan anak muda supaya, mengunakan kamera DSLR (Digital Single Lens Reflex), sangat menguntungkan bagi para tukang servis atau teknisi kamera. Salah satunya Azhar Vinodi, asal Dusun Babatan, Desa Kepuhkembeng, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
KEAHLIANNYA memperbaiki kamera didapatkan saat pelatihan di sekolahnya. Bahkan pemuda 26 tahun ini menyulap kamar tidurnya sebagai tempat servis kamera digital. Di ruangan berukuran 3 meter persegi, di atas kasur tidurnya, ia bisa memberikan kepuasan bagi konsumennya. Beragam jenis kamera DSLR yang rusak, seperti Canon, Nikon, Fujifilm, Sony, dan lainnya, mampu ia perbaiki.
“Saya mulai terjun jadi teknisi kamera sudah 5 tahun. Sejak 2016 ikut orang. Kemudian keluar, lalu buka jasa usaha servis kamera sendiri di rumah Jombang. Sekarang punya gerai tempat servis di Kediri. Sebelum jadi teknisi kamera DSLR, dulu, sewaktu sekolah di SMK, suka otak-atik barang-barang elektronik. Mulai memperbaiki sparepart handphone, laptop, komputer dengan solder dan alat-alat lainnya,” ucap Azhar, Rabu (30/11/2022) di tempat kerjanya.
Meski jadi tukang servis dan jual beli kamera, namun dirinya hingga sekarang masih senang hunting foto-foto agar tetap terhubung dengan komunitas fotografi di Jombang maupun luar kota. Karena dari situlah, pria akrab disapa Vinod ini, kerap memberikan solusi bagi fotografer untuk perawatan kamera. Sebab, jika alami kerusakan yang serius dirinya hanya bisa mengganti sparepartnya saja.
Hal ini lantaran perkembangan industri kamera DSLR yang lambat laun bakal berganti menggunakan kamera tanpa cermin atau pentaprisma (Mirrorless interchangeable-lens camera). Salah satu brand ternama yang sudah hengkang di dunia kamera digital adalah Nikon. Dan, baru-baru ini brand market terlaris di pasaran yakni Canon.
“Sekarang ini sudah berganti memakai kamera miroles, sehingga untuk memperbaiki kamera harus mengikuti kebutuhan fotografer saat ini. Jika DSLR tipe-tipe baru tidak muncul kembali di pasaran, kendalanya pasti sparepartnya. Saat pengerjaan bisa lebih lama karena pengiriman barangnya dari luar negeri. Harus order dulu dari Cina,” jelas Vinod.
Sampai detik ini, sudah ribuan kamera yang diperbaikinya, baik kamera DSLR maupun Miroles. Kebanyakan konsumennya dari luar kota maupun di kalangan komunitas fotografi kamera di Jombang.
“Pelanggan saya rata-rata kalau offline di Jombang saja. Tapi kami juga menerima dari online melalui media sosial. Jadi lebih banyak dari luar kota kostomernya. Kita juga bekerjasama dengan penjual dan para komunitas, karena banyak menerima bermacam-macam kerusakan kamera, baik rusak lensanya, tombol, maupun mati total,” terangnya.
Untuk biaya perbaikan kamera, tergantung kerusakaannya. Rata-rata satu unit Rp 200 ribu, tergantung mengganti sparepart atau tidak. Dalam sebulan dia bisa mengerjakan belasan atau puluhan kamera, sehingga omset membetulkan kamera selama sebulan sekitar Rp 5 juta hingga Rp 8 juta. “Ini masih kotor, belum kepotong sparepart dan lain-lain,” pungkasnya. (kar/mat)