Asisten Deputi Revolusi Mental Kemenko PMK RI: Waspadai Musuh-musuh Ideologi Pancasila
3 min readMALANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Asisten Deputi Revolusi Mental Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemenko PMK RI), Maman Wijayan, mewanti-wanti para pemuda agar selalu waspada terhadap musuh-musuh ideologi Pancasila, termasuk musuh yang kini tidak ada wujudnya secara fisik, namun dapat membahayakan pola pikir.
HAL INI ia sampaikan saat menjadi narasumber talkshow Generasi Muda Lintas Agama dan Kepercayaan, Selasa (31/10/2023) di kampus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jawa Timur. Ribuan peserta dari 72 lembaga yang memiliki latar belakang agama dan budaya yang berbeda, mengikuti kegiatan ini.
Menurut Maman, kini generasi muda menghadapi tantangan pola pikir yang skeptis sekaligus memasuki era post truth. Maka, ia mewanti-wanti agar para pemuda selalu waspada terhadap musuh-musuh ideologi Pancasila. Termasuk musuh yang kini tidak ada wujudnya secara fisik, namun dapat membahayakan pola pikir.
“Kalau zaman dulu sebelum kemerdekaan, sudah jelas musuh kita adalah penjajah. Namun saat ini, musuh kita sudah bertransformasi menjadi penjajah yang tidak terlihat. Saya mewakili Kemenko PMK RI harus mengatakan kepada kalian semua untuk tetap untuk berhati-hati dengan ideologi transnasional,” tegasnya.
Menurutnya, ideologi transnasional yang berbahaya tersebut dapat memuncukan berbagai pandangan-pandangan yang menciptakan kembali neo-komunisme serta neo-liberalisme. Apalagi mengingat bahwa ideologi ini dapat mudah masuk ke anak-anak muda yang masih belum matang dalam alur logikanya. “Maka, jangan bosan-bosan menambah ilmu dan memperkuat ideologi Pancasila. Pemikiran dengan alur logika yang kurang matang itu berbahaya. Apalagi jika tidak selektif dalam memilah informasi di era digital,” tegasnya.
Kepala Staff Khusus Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Romo Benny Susetyo, yang juga menjadi narasumber menjelaskan, penggunaan bahasa Indonesia menjadi salah satu faktor yang memperkuat keutuhan bangsa Indonesia.
“Menjadi kekuatan bagi masyarakat Indonesia untuk bersatu meski memiliki latar belakang suku, ras, serta agama yang berbeda. Komunikasi itu sangat penting. Kita punya satu bahasa pemersatu yakni bahasa Indonesia yang memiliki dampak rasa kekeluargaan yang sangat kuat. Kita ambil contoh India yang sampai saat ini masyarakatnya sulit bersatu karena tidak memiliki bahasa pemersatu seperti kita,” katanya.
Romo Benny juga memberikan apresiasi tinggi pada UMM. Menurutnya, meski UMM merupakan kampus berbasis Islam, namun mampu mengimplementasikan kerukukan antar umat beragama. Hal tersebut dibuktikan dengan tidak adanya rasa eksklusif pada diri sivitas akademika, termasuk para anak mudanya.
Ribuan peserta dari 72 lembaga yang memiliki latar belakang agama dan budaya yang berbeda, mengikuti talkshow Generasi Muda Lintas Agama dan Kepercayaan, Selasa (31/10/2023) di kampus setempat.
Dalam kegiatan yang digelar Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) bekerjasama dengan Forum Kerukunan Antar Umat Beragama (FKAUB) Malang dalam rangka merayakan sumpah pemuda ke- 95 tersebut, para peserta bahu-membahu memberikan penampilan yang mengangkat tema persatuan dan toleransi anak-anak muda. Mulai tari nusantara, kuda lumping, pembacaan teks proklamasi, teatrikal, dan sebagainya. Bahkan Rektor UMM, Fauzan, juga membacakan puisi. (div/mat)