Aktivis Pramuka Ini Dibanting ke Paving dan Pohon
2 min readMALANG, TABLOIDJAWATIMUR. COM – Siswa kelas VII, SMPN 16, Kota Malang, Jawa Timur, MS (13), tinggal di Arjosari, Kecamatan Blimbing, Kota Malang yang diduga menjadi korban bully teman-teman sekolahnya, sempat dibanting ke paving dan pohon dalam kondisi tubuh telentang oleh beberapa temannya. Bahkan, hal itu dilakukan dua kali. Korban sempat tak sadarkan diri. Semua itu dilakukan di jam istirahat sekolah.

PERNYATAAN itu disampaikan Kapolresta Malang Kota, Kombes Pol Leonardus Simarnata, setelah melakukan pemeriksaan kepada tujuh orang teman korban yang diduga sebagai pelaku. Selain itu, petugas juga melakukan pemeriksaan terhadap 3 orang dari pihak keluarga. Nantinya, pemeriksaan itu akan dilakukan juga kepada pihak sekolah.
“Dari keterangan para saksi, diperoleh keterangan jika korban sempat diangkat bersama-sama. Kemudian dibanting ke paving dalam kondisi telentang. Selanjutnya, dalam kondisi yang sama, korban dibanting lagi ke pohon,” terang Kapolresta Malang Kota, Kombes Pol Leonardus Simarmata, Selasa (04/02/2020) siang.
Kapolresta Malang melanjutkan, saat ini Polisi sedang menunggu visum et repertum dari rumah sakit. Dengan hasil itu, lanjut Kapolresta, nantinya ada alat bukti yang cukup, dan bisa dilanjutkan naik ke proses penyidikan.
“Saat ini, dugaan kejadian progresnya adalah tindakan kekerasan yang dilakukan bersama- sama di muka umum. Ini melanggar UU Perlindungan Anak nomor 35 pasal 80 ayat 2 tahun 2014,” lanjut Leo.
Saat ini korban masih terus mendapatkan perawatan secara intensif di RS Lavalette, Malang. Bahkan, dikabarkan, salah satu jari tengah tangan korban akan dilakukan amputasi. Korban merupakan aktivis yang aktif dalam Pramuka, Paskibra, BDI serta menjadi ketua kelas.
Sebelumnya, beredar di media sosial atas dugaan kekerasan di sekolah SMPN 16 Malang. Kepala Sekolah SMPN 16 Kota Malang, Syamsul Arifin membenarkan kejadian itu di lingkungan sekolahnya. Menurutnya, hal itu terjadi di sekolahnya Rabu, (15/01/2020), setelah sebelumnya menanyakan kepada para siswa.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang, Dra. Zubaidah, MM, menjelaskan, setelah kejadian tersebut, siswa yang bersangkutan sudah masuk sekolah. Namun, kemudian ijin tidak masuk karena sakit. “Setelah kejadian, hari berikutnya sudah masuk sekolah namun diperban. Bahkan sudah ikut Pramuka. Namun akhirnya ijin tidak masuk karena sedang dirawat di rumah sakit sampai saat ini,” terangnya.
“Ada kejadian itu, tapi tidak kekerasan. Itu guyon dengan teman – temannya di masjid,” imbuh Zubaidah. (ide/mat)