14 Februari 2025

`

2018, Ekspor Kopi Kabupaten Malang Tembus 66.291.778 Kg

4 min read
Wakil Bupati Malang, HM Sanusi saat peresmian Eco Wisata Kopi Dampit beberapa waktu lalu.

MALANG, TABLOIDJAWATIMUR. COM – Potensi kopi di Kabupaten Malang, Jawa Timur, sangat besar. Ini didukung dengan kondisi alam yang merupakan perpaduan antara pegunungan dan pantai. Bahkan kopi Robusta dan Arabika dari Kecamatan  Ampelgading, Sumbermanjing Wetan, Tirtoyudo dan Dampit (AMSTIRDAM) sudah sangat dikenal di pasar internasional. Karena itu tak heran, kopi asal daerah ini sangat digemari di manca negara.

 

KEPALA Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten  Malang, Dra. Pantjaningsih Sri Redjeki, mengaku, dalam beberapa tahun terakhir ini, ada peningkatan ekspor kopi dari Kabupaten Malang. “Trendnya meningkat. Tahun 2017 kemarin volume ekspor kopi kita mencapai 59.103.778 kg dengan nilai ekspor US$129.266.002,35. Tahun 2018, volumenya  meningkat, menjadi 66.291.778 kg dengan nilai US$ 131.113.756,83,”jelasnya.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Malang, Dra. Pantjaningsih Sri Rejeki.

Perempuan yang pernah menjabat camat di tiga wilayah berbeda di Kabupaten  Malang ini menambahkan, ke depan, dia berharap ekspor kopi dari kabupaten terluas kedua di Jawa Timur setelah Banyuwangi ini, bisa meningkat secara signifikan.

Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan, Kab Malang, Budiar Anwar.

“Kopi masih merupakan produk unggulan yang masih mendominasi ekspor kita. Karena itu kita ingin terus meningkatkan, mengingat permintaan ekspor sangat tinggi. Bahkan,  sekarang ini,  kita masih harus mengimpor kopi dari Timor Leste untuk memenuhi kuota ekspor. Kita ingin kuota ekspor itu kita cukupi dengan produksi kopi kita sendiri,”harap kadisperindag.

Tersohornya kopi AMSTIRDAM dari Kabupaten  Malang diaminkan oleh Thomas, Manajer Operasional. PT.Asal Jaya, salah satu eksportir kopi terbesar di Jawa Timur yang berpusat di Kecamatan Dampit.

“Kopi AMSTIRDAM adalah kopi unggulan ekspor kami, karena mutunya bagus,  bisa dengan mudah diolah menjadi grade 1 dan 2,  serta cita rasanya digemari. Selain itu,  harganya juga relatif lebih murah jika dibandingkan  dari daerah lain. Selama ini, tujuan ekspor kita adalah Jepang, Italia, Georgia, Rusia, Armenia, Belgia,  dan Taiwan,”jelas Thomas, Selasa (05/03/2019).

Dengan keuntungan kondisi geografis yang dimiliki, sudah selayaknya jika Kabupaten Malang merebut kembali jati dirinya sebagai daerah penghasil kopi di nusantara dan dunia internasional

Dinas Tanaman Pangan,  Hortikultura,  dan Perkebunan (DTPHP) Kabupaten Malang sebagai organisasi perangkat daerah (OPD) yang membina para petani kopi pun terus berupaya meningkatkan produksi kopi, karena  beberapa waktu terakhir,  pesona kopi Kabupaten Malang sudah mulai pudar.

“Saat ini kita berusaha untuk mengembalikan kejayaan kopi di Kabupaten Malang yang  di pasar internasional kita bersaing ketat dengan Vietnam dan Brasil. Memang, kita sudah mulai kehilangan jati diri sebagai produsen kopi. Misalnya, kopi tumbuk yang ditumbuk menggunakan lesung, itu asli dari Jawa, namun sekarang hak patennya dimiliki Brasil. Ini sangat disayangkan,”ungkap Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (DTPHP) Kabupaten Malang, Dr. Budiar,  Minggu (03/03/2019).

Menurut Budiar, kopi dari Kabupaten Malang sebenarnya mempunyai kualitas yang sangat baik, karena ditanam di daerah dataran tinggi, seperti lereng pegunungan. “Mutu kopi kita sangat baik, karena tumbuh di lereng pegunungan. Lahan kebun kopi jenis Robusta mencapai 16 ribu hektar, sedangkan Arabika ada 6 ribu hektar,”paparnya.

Tidak mau semakin kehilangan jati diri sebagai daerah penghasil kopi, DTPHP Kabupaten Malang melakukan beberapa usaha untuk meningkatkan produktifitas dan mutu kopi. Misalnya, untuk meningkatkan luas lahan produksi, DTPHP bekerjasama dengan pihak Perhutani.

“Kita sudah menjalin kerjasama dengan Perhutani, untuk menambah luas lahan produksi. Jadi,  petani kopi yang bergabung dalam LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) akan menanam kopi di bawah pohon tegakan milik Perhutani. Namanya, petani pesanggeng. Nanti, mereka akan bagi hasil dengan Perhutani sebagai pemilik lahan,”jelas mantan Kabag Humas Pemkab Malang ini.

Selain itu, untuk meningkatkan mutu produksi, menurut Budiar, pihaknya kini memiliki 3 orang Master Trainer kopi yang akan memberikan pelatihan bagaimana teknik budidaya kopi kepada para petani.

“Kita sudah mempunyai 3 orang Master Trainer kopi. Saat ini sedang mulai melakukan traning (pelatihan) kepada 20 orang petani. Mereka ini diharapkan mempunyai keahlian di bidang kopi. Jadi,  mulai dari masa tanam hingga paska panen,  mereka bisa memberikan pendampingan kepada petani kopi,”jelas Budiar.

“Kendala kita di lapangan, kadang para petani agak susah diberi pengertian. Jika memanen, petik kopi yang sudah merah, yang hijau jangan. Hal ini sudah seringkali kita lakukan sosialisasi, namun masih ada juga yang melakukannya. Kita berharap kepada para Master Trainer ini nanti akan bisa memberikan pemahaman kepada petani,”imbuhnya.

Tidak hanya berkutat pada masalah produksi, DTPHP Kabupaten  Malang juga berupaya mengenalkan produk kopi Kabupaten  Malang ke pasar internasional, dan mengembangkan produk unggulan baru. Seperti kopi organik, yang diklaim bebas pupuk dan obat pembasmi hama berbahan kimia. “Tentunya, kita kenalkan produk kita lewat pameran yang ada maupun mengundang para investor. Bahkan kita berhasil mengembangkan produk kopi organik yang sudah kita ekspor ke Cina atau Jepang meski baru 4 ton. Tapi kopi organik ini, meski lebih mahal, tapi disukai, karena mempunyai manfaat kesehatan bagi tubuh,” beber pria ramah ini.

“Pada intinya kita sangat mendukung pengembangan dan inovasi dalam budidaya dan pengolahan dan pengemasan kopi. Tapi yang perlu diingat, jangan sampai kreasi yang dilakukan malah menurunkan mutu kopi yang sudah ada. Kita juga ajak masyarakat untuk bercocok tanam kopi, karena daerah kita memang sangat baik untuk budi daya kopi,”tandas Budiar. (diy)