16 April 2024

`

Sunan Drajat, Lantunan Gending untuk Berdakwah

3 min read
Kanjeng Sunan Drajat

Perjalanan Kanjeng Sunan Drajat dalam menyebarkan Islam di Lamongan, Jawa Timur banyak onak yang harus dihadapi. Perahu yang ditumpangi dari Gresik, Jawa Timur diterpa ombak hingga pecah berkeping-keping. Di laut yang dalam, Sunan Drajat terombang ambing ombak. Perbekalanya pun hanyut. Di ujung maut yang bakal merengut nyawanya, Allah SWT mengirimkan seekor ikan Talang padanya. Ikan itu langsung menyambar tubuh kanjeng Sunan dan membawanya berenang hingga sampai ke pesisir Paciran, Lamongan. Bagaimana kisahnya ?

Buah yang jatuh tak akan jauh dari pohonnya. Pepatah tersebut, ternyata sudah diyakini akan kebenarannya dimasa kehidupan para wali di tanah Jawa. Ini terjadi pada kanjeng Sunan Drajat. Beliau adalah putra Kanjeng Sunan Ampel yang sebelumnya juga menyebarkan agama Islam di tanah Jawa hingga akhirnya wafat dan dimakamkan di Surabaya. Nama lain dari Kanjeng Sunan Drajat R. Qosim. Menyebarkan agama Islam di Lamongan yang dilakoninya, sejatinya merupakan tugas dari ayah handanya. Dan sebelum menjalankan tugas sucinya, Sunan Drajat telah diwejang oleh sang ayah, agar tak mudah tersulut emosinya dan jangan menggunakan cara-cara kekerasan. Amanah itu dipegangnya betul-betul olehnya. Ia pun mulai belajar bagaimana cara menge-nalkan Islam dengan cara kelembutan. Perjalanan ke Lamongan dilalui lewat jalur laut dari Surabaya dengan naik perahu. Sebelum sampai ke tlatah Lamongan, beliau menyempatkan singgah ke padepokan kanjeng Sunan Giri di Gresik sampai beberapa hari lamanya. Setelah ngangsu kaweruh dirasanya telah cukup, beliau melanjutkan perjalanan ke arah barat. Ombak dan angin laut yang sebelumnya bersahabat, tiba-tiba berbalik murka. Gelombang besar disertai hujan badai menghadang laju perahunya. Perahu dari kayu itupun akhirnya pecah berkeping-keping, tubuh kanjeng Sunan Drajat terpelanting dan jatuh ke laut lepas. Ganasnya ombak tak kuasa dilawannya. Dalam ambang batas keputus asaan lantaran bahaya besar yang harus dihadapi di tengah laut, tiba-tiba Allah mengirimkan seekor ikan Talang yang sangat besar kepadanya. Ikan itu langsung menyambar tubuh kanjeng sunan, membelah air laut laksana setrika raksasa dengan kedua siripnya yang sangat kuat. Kanjeng sunan dibawanya berenang dan terus berenang hingga akhirnya sampai di pinggir pesisir Paciran.

Gunung Drajat
Semasa hidupnya, Raden Qosim tinggal di Gunung Drajat. Bertafakur mendekatkan diri kepada Allah sering beliau lakukan didalam goa. Dan pada hari-hari tertentu, beliau turun dari pertapaannya menuju ke perkampungan. Dengan sikapnya yang arif, santun dan bijaksana, didekati warga masyarakat satu-persatu. Manakala massa sudah terkumpul dalam jumlah yang banyak, beliau terus melantukan gending-gending yang berna-paskan religi diringi dengan tetabuhan gamelan sembari berdakwah. Cara yang ditempuhnya itu, ternyata cukup ampuh untuk mempengaruhi massa pada saat itu. Penduduk akhirnya terbuka hatinya untuk berganti memeluk Islam dengan dilambari oleh rasa iklas. Kabar semakin banyaknya penduduk Lamongan yang masuk Islam disambut suka cita oleh para wali yang lain. Sebab pada sebelumnya, lantaran ngugemi agama leluhurnya yang diyakini jauh lebih benar, penduduk tega membunuh Raden Ahmad putra Sunan Ampel yang pastinya juga saudara Raden Qosim yang kala itu miliki misi yang sama dengan apa yang dilakukan oleh Kanjeng Sunan Drajat. Bedanya, mungkin pendekatan dan cara-caranya yang tidak sama dengan apa yang dilakukan oleh Kanjeng Sunan Drajat. Seja-rah mencatat Raden Ahmad merupakan tokoh Islam pertama yang menyebarkan agama tersebut di Lamongan. Meski misi suci itu pada akhirnya harus ditebus dengan nyawanya.*