19 April 2024

`

Sehari, UB Kukuhkan Dua Profesor

2 min read

MALANG, TABLOIDJAWATIMUR. COM – Universitas Brawijaya (UB) mengukuhkan dua profesor baru, Kamis (23/07/2020) pagi, Prof. Dr. Ir. Agus Suryanto, MS dari Fakultas Pertanian (FP) dan Prof. Ir. Hadi Suyono, S.T., M.T., Ph.D., IPU dari Fakultas Teknik (FT). Mereka adalah profesor ke 263 dan 264 di UB Malang.

 

 

Prof. Dr. Ir. Agus Suryanto, MS.

PROF. Dr. Ir. Agus Suryanto, MS dikukuhkan sebagai Profesor dalam Bidang Ilmu Ekologi Tanaman. Sedangkan Prof. Ir. Hadi Suyono, S.T., M.T., Ph.D., IPU dikukuhkan sebagai Profesor dalam Bidang Ilmu Rekayasa Sistem Daya dan Kecerdasan Buatan.

Prof. Dr. Ir. Agus Suryanto, MS, menyampaikan pidato ilmiah pengukuhan profesor yang berjudul  “Strategi Peningkatan Efisiensi Konversi Energi Matahari pada Sistem Produksi Pertanian melalui Pengelolaan Pola Tanam.”

Dalam pidatonya, ia menjelaskan,  apakah pola tanam dalam budidaya pertanian yang diterapkan selama ini sudah tepat, efisien, dan produktif, dalam mengkonversi energi matahari menjadi biogas, khususnya pada tanaman pangan?

Menurutnya, Indonesia sebagai negara agraris, kaya akan cahaya matahari. Hasil penelitian Agus Suryanto menunjukkan, perbaikan lingkungan tanaman dengan penataan pola tanam, dalam hal ini mengatur waktu tanam.

Pengaturan pola tanam yang memadukan sifat fisiologis tanaman dalam sistem produksi pertanian dan lingkungan tanaman, khususnya intensitas radiasi matahari yang berlimpah, yang diikuti dengan peningkatan produksi tanaman budidaya. Pemanfaatan energi matahari untuk peningkatan produksi tanaman budidaya akan menjadikan produksi tanaman meningkat.

Prof. Ir. Hadi Suyono, S.T., M.T., Ph.D., IPU.

Sedangkan Prof. Ir. Hadi Suyono, S.T., M.T., Ph.D., IPU, menyampaikan pidato ilmiah pengukuhan Profesor dengan judul “Strategi Percepatan Integrasi Pembangkit Energi Baru dan Terbarukan pada Sistem Tenaga Listrik di Indonesia.”

Menurutnya, pemilihan topik ini didasarkan pada pentingnya implementasi dan pengembangan injeksi dan integrasi pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT) ke dalam sistem tenaga listrik yang sudah ada untuk mengurangi penggunaan pembangkit fosil yang telah memberikan dampak lingkungan yang kurang baik.

Untuk mengurangi kelangkaan bahan bakar fosil yang ketersediannya mulai berkurang, dan untuk mengurangi pencemaran lingkungan, maka pembangkit listrik berbasis energi baru dan terbarukan (EBT) perlu diimplementasikan dan dikembangkan.

“Ketersediaan teknologi dan pembangkit EBT juga akan memberikan jaminan peningkatan ketersediaan pekerjaan dan manfaat ekonomi lainnya. Karena itu perlu adanya strategi akselerasi implementasi pembangkit EBT untuk mencapai target yang telah dibuat,” katanya. (div/mat)