19 April 2024

`

Produksi Sedikit, PT Asal Jaya “Impor” Kopi Dari Luar Daerah

3 min read
Bupati Malang menikmati kopi asal Kromengan.
Bupati Malang Dr. H. Rendra Kresna menikmati kopi asal Kromengan, Kabupaten Malang di Turen, beberapa waktu lalu.

MALANG, TABLOID JAWA TIMUR. COM – Kinerja  Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Malang, Jawa Timur pada 2017 lalu cukup bagus. Dinas ini mampu mendongkrak nilai  ekspor Kabupaten Malang hingga US$ 388.462.850,00 atau naik 2.91 % dibandingkan 2016. Dari 38 komoditas ekspor, kopi menjadi penyumbang  terbesar.

 

Menurut catatan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Malang, Jawa Timur, nilai ekspor kopi kabupaten terluas kedua di Jawa Timur setelah Banyuwangi ini pada tahun 2017 mencapai US$ 129.266.002,35 dengan volume  59.103.654,50 kg.

Wakapolres Malang, Komplo Deky Hermansyah menikmati kopi asal Kromengan.
Wakapolres Malang, Komplo Deky Hermansyah menikmati kopi asal Kromengan, Kabupaten Malang di temani Bupati Malang, Dr. H. Rendra Kresna.

“Memang, dari 38 komiditas ekspor Kabupaten Malang, kopi memang yang paling banyak, baik dari segi nilai maupu volume. Sebab, kopi asal Kabupaten Malang memang sangat disenangi konsumen luar negeri,” kata  Kepala  Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Malang, Pantjaningsih SR, Minggu (20/05/2018).

Hal ini pun diakui Thomas, salah satu manajer PT Asal Jaya, eksportir kopi asal Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang. “Memang, kopi asal Kabupaten Malang, khususnya Dampit, sangat disenangi konsumen luar negeri. Karena kualitasnya bagus. Makanya, ekspor kami cukup besar walau dari sisi volume kadang naik, kadang turun,” katanya, Sabtu (19/05/2018) dihubungi via telepon.

Petani kopi menunjukkan kopi yang baru saja dipetik di perkebunan kopi milik rakyat di Desa Sumberdem.
Petani kopi menunjukkan kopi yang baru saja dipetik di perkebunan kopi milik rakyat di Desa Sumberdem, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Menurut Thomas, pada tahun 2017 lalu, volume ekspor kopi Asal Jaya Dampit sebesar 43 ribu ton. Turun 3 ton dibandingkan 2016 yang mencapai 46 ribu ton. “Padahal kebutuhan pasar luar negeri sangat besar, mencapai jutaan ton per tahun. Sedangkan pasokan dari Indonesia hanya sekitar 400 ton per tahun. Sementara produksi dari Kabupaten Malang saja, hanya 18 ton setahun,” katanya.

Thomas menambahkan, untuk mencukupi kebutuhan ekspor, pihaknya terpaksa mendatangkan kopi dari daerah lain, seperti Jawa Tengah, Lampung, Bali dan sejumlah daerah lainnya.

“Mengapa tahun 2017 volume ekspor kopi kami turun? Karena Eropa beralih ke Vietnam dan Brazil. Sebab, di dua negara ini, stok kopi selalu surplus. Sedangkan produksi kopi di Indonesia tidak stabil. Kadang naik, kadang turun. Namun demikian, dari sisi nilai, ekspor kami naik. Jika pada 2016 nilai ekspor kurang dari US$ 100 juta, tahun 2017 naik menjadi US$ 100 juta,” kata Thomas.

Rendahnya produksi kopi Indonesia, khususnya di Kabupaten Malang, membuat PT Asal Jaya ikut prihatin. Padahal dari sisi kualitas, sangat bagus. Untuk mendongkrak produksi, PT Asal Jaya melakukan kerja sama dengan Kementerian Desa.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Malang, Pantjaningsih SR.

“Dalam hal ini kami  melakukan pembinaan kepada para petani kopi. Pembinaan itu dalam bentuk  penggantian bibit unggul agar produksi kopi 4 tahun ke depan 1 ha bisa mencapai 3 ton. Kalau sekarang kan masih 8 kwintal per hektar,” jelas Thomas.

Menurut Thomas, pembinaan ini sudah dimulai dengan menggandeng LSM  dari luar negeri , di lahan kelompok tani di Dampit seluas 3.000 m2. “Pembinaan sudah jalan, bahkan tahun 2019 sudah panen. Ini kami jadikan sebagai lahan percontohan,” katanya.

Selain memberikan pembinaan, PT Asal Jaya juga memberikan bantuan kambing etawa kepada para petani kopi tersebut. Kotorannya dipakai pupuk kandang sehingga bisa mengurangi pupuk subsidi pemerintah. Selain itu juga  bisa menghasilkan susu etawa. Sedangkan  untuk tanaman sela, ditanami jahe. Dan di kebunnya sudah ada ternak lebah  untuk menghasilkan madu. Sementara  tanaman penaungnya  ada pisang.

“Sehingga, belum panen saja, income petani yang kami bina ini sudah 200 %. Apalagi kalau sudah panen kopi, pendapatannya bisa mencapai  600 %. Padahal, kambingnya itu kan pasti beranak pinak, sehingga akan menambah penghasilan petani. Nah, sekarang kami tinggal menunggu  pemerintah saja. Kalau program yang kami jalankan ini bisa diterapkan secara nasional, sudah berapa banyak kenaikan produlsi kopi. Karena, dengan bibit unggulan, produksi bisa naik dari 8 kwintal per hektar menjadi 3 ton per hektar,” terang Thomas.  (mat)