24 April 2024

`

Hari Tanpa Tembakau se Dunia, Melecehkan Petani Tembakau dan Cengkeh

2 min read

MALANG, TABLOIDJAWATIMUR.COM – Sejak WHO menetapkan 31 Mei sebagai Hari Tanpa Tembakau se-Dunia pada 1988, ragam pro dan kontra menyelimuti peringatan tersebut. Bagi bangsa Indonesia, peringatan hari tersebut mencederai akal sehat. Sebab, hingga hari ini, kretek sebagai produk olahan tembakau dan cengkeh khas Indonesia, telah menghidupi jutaan masyarakat Indonesia.

 

Diskusi webinar SENJAKALA BARA KRETEK : Potret Buram Ekosistem Kretek di Indonesia.

 

SOESENO, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) dalam diskusi webinar SENJAKALA BARA KRETEK : Potret Buram Ekosistem Kretek di Indonesia, Senin (01/06/2021) mengatakan, setidaknya 6 juta petani tembakau  hidup dari sana. Ini masih ditambah dengan rumah tangga petani. “Mereka semuanya bergantung dari hajat hidup tembakau di Indonesia,” katanya.

Jutaan orang menggantungkan hidupnya di industri rokok.

Salah satu perjanjian yang terus menggerus hajat hidup petani tembakau adalah FCTC (Framework Convention on Tobacco Control). Perjanjian tersebut berupaya hadir tidak hanya merusak tapi  juga mengendalikan tembakau. Soeseno pun khawatir apabila Indonesia meratifikasi FCTC.

“Salah satu dari artikel FCTC yaitu negara harus melakukan konversi ke tanaman lain agar nilai ekonominya tinggi. Jadi, konsumen rokok dibatasi atau perokok itu hilang. Caranya, konsumen rokok harus gak ada maka perkebunan tembakau harus mati. No Tobacco, No Cigarette. Di mana-mana petani tembakau menjadi sasaran FCTC, ” katanya.

Yang lebih mengerikan adalah jika Indonesia meratifikasi FCTC, negara tidak boleh berhubungan sama sekali dengan petani. “Sungguh peraturan yang merusak hajat hidup orang banyak. Padahal, ada banyak daerah yang menggantungkan hidup dari tembakau. Sebut saja Madura, Jember, Temanggung, dan Nusa Tenggara Barat,” jelas Susesno.

Pernyataan senada diungkapkan salah satu petani cengkeh di Bali Utara, Komang Armada. Meskipun tanaman cengkeh dianggap lebih beruntung daripada tembakau, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa cengkeh adalah komponen dari kretek. Cengkeh dan tembakau adalah perpaduan yang tidak terpisahkan.

Oleh karena itu, apabila industri kretek mengalami penurunan,  akan berdampak kepada petani cengkeh.  “Jadi, saya sangat prihatin karena cengkeh termasuk komoditas untuk kretek. Petani cengkeh akan terdampak dari regulasi, “ ujar Komang Armada.

Suseno  menambahkan, petani adalah salah satu rangkaian dari industri kretek. Jika ada kenaikan cukai, sejujurnya yang sangat dirugikan adalah petani. Mereka harus menekan harga bahan baku.  “Kalo pemerintah abai, dan petani tembakau dibiarkan, saya kira itu tidak adil. Hasil cukai diambil, tapi petaninya dibiarkan,” pungkasnya. (div/mat)