24 April 2024

`

Berkah Batok Kelapa, Mahasiswa IBU Jadi finalis AGP

2 min read
Mahasiswa IBU memperagakan permainan Bokah.

MALANG, TABLOIDJAWATIMUR. COM – Mahasiswa IKIP Budi Utomo (IBU) Malang, Jawa Timur, lolos di ‘Apresiasi Gelora Pendidikan #3 (AGP) dalam lomba Media Pembelajaran Nasional yang digelar BEM FKIP Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo, yang berlangsung mulai 19 Oktober 2019 hingga 9 November 2019.

 

KELOMPOK yang lolos beranggotakan Rida Juniarti, Oktapia Pebriani,  serta Yovina Nia Anggelisa. Mereka lolos 10 besar dan menjadi salah satu finalis. Sedangkan kelompok 2 berhasil masuk 13 besar. Mereka adalah Mu’milatul Amalia, Deri Areski,  dan Eka Mardiana.

Kelompok ini mengusung konsep pembelajaran modern berbasis IT dipadukan dengan kearifan lokal daerah setempat. Seluruhnya, ada 4 kelompok yang dikirim dari IKIP Budi Utomo.

Ketua Prodi Pendidikan Biolagi IKIP Budi Utomo, Riyanto, MPd bersama dosen pendamping Primadya Anantyarta S.Si., S.Pd.,M.Pd, ditemui di kampus IBU.

“Perlombaan yang kami ikuti, sesuai dengan pembelajaran yang bapak/ibu dosen kembangkan di kampus, yakni paperless. Ini wujud aktualisasi pengembangan pembelajaran. Para mahasiwa sangat antusias, untuk mengasah kemampuan dan kompetensi. Satu kelompok lolos sebagai finalis, dan satu kelompok lagi masuk waiting list,” tutur Ketua Prodi Pendidikan Biolagi IKIP Budi Utomo, Riyanto, MPd bersama dosen pendamping, Primadya Anantyarta S.Si., S.Pd.,M.Pd, ditemui di Kampus, Kamis (14/11/2019).

Riyanto melanjutkan, untuk kelompok yang masuk finalis, akan mempresentasikan kembali karya yang telah dihasilkan di tempat lomba 21 November 2019 mendatang. Karya yang dihasikan model pembelajaran dengan mennggunakan ‘Bokah’ atau batok kelapa. Sebuah permainan tradisional kearifan lokal dari daerah Kalimantan.

Beberapa jenis pertanyaan, ditulis di kertas dimasukkan ke dalam batok kelapa. “Medianya, menggunakan beberapa batok kelapa. Beberapa pertanyaan yang ditulis di kertas, dimasukkan ke dalam tempurung kelapa, kemudian dihimpit menggunakan kaki. Sambil meloncat, tempurung kelapa terlempar, akan keluar kertas pertanyaan,” lanjutnya.

Bersamaan dengan itu, lanjutnya, ada nomor pertanyaan yang sudah disiapkan di monitor. Setelah itu, pertanyaan dibaca untuk dijawab anggota kelompoknya. Intinya, memadukan sistem pembelajaran teknologi IT, dikolaborasikan dengan permainan tradisional kearifan lokal setempat.

“Untuk jenis permainan tradisional, kami kembalikan kepada anggota kelompok itu. Dari mana ia berasal, dari daerah itulah permainan tradisional itu diambil,” pungkas Riyanto.  (ide/mat)